Pemerintah telah menetapkan pelaksanaan Pemilu 2024 akan digelar pada 14 Februari 2024. Meski masih dua tahun lagi, berbagai spekulasi terkait kandidat calon presiden (capres) sudah merebak. Salah satu yang muncul belakangan ini adalah duet Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Menanggapi hal itu, salah satu pengurus DPP Demokrat, Dede Yusuf menilai kemunculan duet tersebut merupakan hasil pencocokan oleh masyarakat. Sebagai kader partai, Dede memilih untuk menunggu arahan ketua umum mengenai sosok capres yang akan didukung Demokrat.
“Hari ini saya lihat di Instagram, Ganjar (Gubernur Jawa Tengah) dengan Erick Tohir (Menteri BUMN). Menurut saya, biarlah kawan-kawan yang senang men-cocoklogi. Jadi kalau belum ada instruksi apapun, kami mengatakan bahwa apa yang beredar merupakan respons masyarakat yang melakukan cocoklogi,” kata Dede di Komplek Parlemen, Selasa (29/3).
Secara prinsip, Demokrat sebagai partai tentu akan memprioritaskan Ketua Umum sebagai kandidat utama capres. Sementara untuk pasangannya sejauh ini belum ada nama yang disepakati, karena dinamika politik masih berjalan dan Demokrat terus menjalin komunikasi dengan beragam partai untuk membangun koalisi.
“Kami Demokrat orientasinya punya Ketua Umum yang kita jagokan. Soal pasangan, ada tugas yang melakukan komunikasi-komunikasi dan bukan wewenang saya untuk mengatakan ini cocoknya ke mana,” tutur Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) ini.
Untuk mendongkrak persentase elektabilitas AHY, jajaran pengurus Demokrat telah menyiapkan sebuah strategi. Dede membeberkan bahwa elektabilitas sangat erat kaitannya dengan isu yang sedang hangat dan viral. Namun, di dalam dunia politik tidak bisa sembarangan viral agar tidak menghancurkan citra di hadapan masyarakat.
“Jadi poinnya adalah tergantung isu,” katanya.
Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat itu juga menyampaikan bahwa sebagai oposisi pemerintah, Demokrat akan berhati-hati dalam membangun isu untuk meningkatkan elektabilitas ketua umumnya. Dia mengatakan, tidak terlalu penting mengikuti tren jika tidak berbobot.
“Kalau mengikuti tren, namanya kita tidak menjadi leader. Kita membuat tren. Tren apa? Nah ini yang tentu digodok oleh tim DPP,” jelas Dede.
Munculnya spekulasi mengenai duet AHY-Anies bermula dari deklarasi Gerakan Masyarakat Peduli Tanah Air (Gempita) pada Sabtu (19/3). AHY pun menyambut baik deklarasi Gempita, meski masih enggan berkomentar lebih jauh terkait potensi duet tersebut.
“Jika ada dukungan dan ada yang mendeklarasikan, maka kami menyambut dengan baik, sebab itu aspirasi dari masyarakat,” ujar AHY dilansir dari Antara dalam konferensi pers di Padang, Kamis (24/3) lalu.
Sambutan baik dari AHY memiliki alasan, sebab persentase elektabilitas Anies cukup menjanjikan. Berdasarkan survei elektabilitas teranyar dari Indonesia Political Opinion (IPO), posisi Anies menduduki peringkat pertama dengan berbagai skema nama capres: skema 40 nama 20,6%, skema 20 nama 21,2%, dan skema 10 nama 23,4%. Sementara AHY berada pada kisaran 9% dalam berbagai skema.