Mantan Wakil Gubernur Jawa Barat itu juga menyampaikan bahwa sebagai oposisi pemerintah, Demokrat akan berhati-hati dalam membangun isu untuk meningkatkan elektabilitas ketua umumnya. Dia mengatakan, tidak terlalu penting mengikuti tren jika tidak berbobot.

“Kalau mengikuti tren, namanya kita tidak menjadi leader. Kita membuat tren. Tren apa? Nah ini yang tentu digodok oleh tim DPP,” jelas Dede.

Munculnya spekulasi mengenai duet AHY-Anies bermula dari deklarasi Gerakan Masyarakat Peduli Tanah Air (Gempita) pada Sabtu (19/3). AHY pun menyambut baik deklarasi Gempita, meski masih enggan berkomentar lebih jauh terkait potensi duet tersebut.

“Jika ada dukungan dan ada yang mendeklarasikan, maka kami menyambut dengan baik, sebab itu aspirasi dari masyarakat,” ujar AHY dilansir dari Antara dalam konferensi pers di Padang, Kamis (24/3) lalu.

Sambutan baik dari AHY memiliki alasan, sebab persentase elektabilitas Anies cukup menjanjikan. Berdasarkan survei elektabilitas teranyar dari Indonesia Political Opinion (IPO), posisi Anies menduduki peringkat pertama dengan berbagai skema nama capres: skema 40 nama 20,6%, skema 20 nama 21,2%, dan skema 10 nama 23,4%. Sementara AHY berada pada kisaran 9% dalam berbagai skema.

Halaman:
Reporter: Ashri Fadilla