Membahas puisi hampir tidak ada batasnya. Karya sastra yang digubah dengan kata-kata indah dan kaya makna ini memiliki daya tarik, mulai dari diksi, majas sampai persajakan tak luput dalam karya sastra ini. Puisi biasanya disusun bait demi bait dengan pemadatan segala unsur bahasa atau biasa disebut dengan istilah konsentrif.
Kendati bersifat konsentrif, bentuk karya sastra yang satu ini kaya akan makna sebab terdapat banyak majas, kata-kata konotatif, dan kata-kata kias yang memiliki banyak makna atau tafsir.
Cara Memahami Puisi
Membahas tuntas puisi memang bukan perkara mudah. Hal ini dikarenakan puisi dilukiaskan pada pokok-pokoknya saja. Namun, ada beberapa cara untuk memahaminya, yaitu dengan kiat sebagai berikut yang dikutip dari buku “Bahasa Indonesia untuk SMA/MA” oleh Andi Prasetiyo dan Natalia Sri Sulanjari:
1. Mengidentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi
Salah satu cara jitu untuk dapat memahami puisi adalah dengan mengidentifikasi unsur intrinsik (unsur dalam puisi) dan unsur ekstrinsik (unsur di luar puisi). Adapun unsur intrinsik yang bisa ditelusuri, antara tema, diksi, majas, pengimajinasian, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik bisa digali dengan mencari tahu latar belakang pengarang, sosial, budaya, dan agama yang tersirat dalam isi puisi.
2. Membuat Parafrase
Parafrase adalah prosa yang dibuat berdasarkan isi puisi. Kegiatan ini berarti mengubah bentuk puisi yang berbait-bait ke dalam prosa yang berupa paragraf-paragraf. Adapun langkah untuk mengubah puisi ke dalam prosa adalah sebagai berikut:
- Membuat penanda pertalian makna antarkata, antarbaris, dan antarbait (menambahkan kata-kata yang sengaja dihilangkan oleh pengarang).
- Mencari makna setiap kata-kata konotatif atau lambang yang tertuang di dalam puisi.
- Mengubahnya ke dalam bentuk prosa.
Dengan menggunakan cara di atas, langkah demi langkah, maka puisi menjadi lebih mudah untuk dipahami.
Menganalisis Isi Puisi Berdasarkan Gambaran Pengindraan, Perasaan, Pikiran, dan Imajinasi
Puisi merupakan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang. Ketika menggoreskan kata demi kata ke dalam puisi, biasanya pengarang membangun gambaran-gambaran tertentu dari hasil pengamatan maupun pengalamannya melalui diksi dan gaya bahasa yang indah. Gambaran ini akan menggugah dan menghidupkan pikiran serta perasaan.
1. Pengindraan atau pencitraan
Pengindraan atau pencitraan adalah gambaran penggunaan panca indra dan perasaan dalam puisi. Misalnya, indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, peraba, dan pendengaran.
- Citraan pengelihatan atau visual adalah citraan yang dihasilkan oleh panca indra pegelihatan. Sebagai contoh: sungai bersinar, menyilau mata.
- Citraan pendengaran atau auditif adalah gambaran yang diperoleh dari indra pendengaran. Misalnya: terdengar pekik elang tua.
- Citraan pencecapan adalah citraan yang dihasilkan oleh indra pencecapan, misalnya: kurasakan manisnya madu darah.
- Citraan penciuman adalah kesan yang dihasilkan oleh indra penciuman. Misalnya: harum napasmu bak bunga kesturi.
- Citraan perabaan atau termal adalah gambaran yang dihasilkan oleh indra peraba, misalnya: lembut belaimu...
- Citraan perasaan alias taktil adalah citraan yang dihasilkan oleh perasaan batin, misalnya: hatiku remuk redam ketika kau ucap perpisahan itu.
Melalui citraan tersebut, seorang penyair atau pengarang puisi berusaha menggapai atau menggugah pembaca maupun pendengar puisi karangannya.
2. Perasaan
Perasaan, yaitu gambaran perasaan atau suasana hati penyair ketika menulis puisi, misalnya: senang, sedih, susah, bahagia, dan duka.
3. Pikiran
Pikiran, yaitu gambaran tanggapan penyair yang dituang dalam puisi, misalnya: harapan, gagasan, pendapat.
4. Imajinasi
Imajinasi, yaitu gambaran daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan atau menciptakan gambar-gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang), misalnya: gambaran pemandangan yang indah sepanjang Bukit Barisan atau pengalaman menjelajah hutan belantara.
Contoh Puisi
Setelah memahami hakikat puisi serta cara memahami isi suatu puisi, berikut contoh puisi yang bisa digunakan untuk berlatih mengidentifikasi pengindraan yang terdapat dalam puisi.
“Penantian”
Oleh: Martha Y.T.
Kesunyian malam
Jeritan jangkrik
Nyanyian raja malam
Menghiasi gelapnya hari
Tanpa cahaya, tanpa suara
Langkah-langkah kaki
Menapak lesunya hati
Wahai raja malam
Teganya kau
Hai putri malam
Tampakan dirimu dengan kilaunya
Raja malam yang dinanti
Oh, raja malam
Siapa aku?
Putri, ratu, atau serpihan kaca
Yang mengharap dirangkai kembali
***
“Masih Tersisa”
Karya: Taufiq Abi Sabda
Masih tersisa
tanah permai udara nan sejuk
pagi yang berkerlip embun di hamparan kehijauan
dan senja pantai berkerudungkan lembayung
di antara tangis terpendam
dan duka yang timbul tenggelam
Masih tersisa
rindu kedamaian dan hasrat cinta
sumpah sesaudara, ikrar seduka dan cita
seikat dalam hati, sejiwa dalam asa
di antara sayatan tikai yang amat tajam
dan lelahnya menitikkan darah dendam
Nun jauh dalam hutan dan sisa ladang
tonggak-tonggak tunas tiasa kukuh tegak
menjadi tiang harap
penyangga lara pada puji dan doa
di antara berjuta juta batang yang terus bertumbang
dan lalu bermigrasi entah ke mana
Nun bentang di balik hamparan ombak
terumbu menari-nari, eksotik dan mesra
letik-letik ikan menggelayut berpaut jala
menebar senandung hidup dan rasa
di antara liarnya pukat dan riak
yang menjelma dalam hitungan-hitungan angka
Masih tersisa
untuk selalu kita jaga
***