Bertemu CEO Perusahaan AS, Jokowi Ajak Masuk Investasi EBT dan Digital

Sekretariat Presiden
Presiden Joko Widodo dalam acara pertemuan Pemimpin ASEAN dengan para pebisnis AS di Intercontinental the Willard Hotel, Washington DC, Kamis (12/5). Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden.
13/5/2022, 11.15 WIB

Presiden Joko Widodo dan pemimpin negara ASEAN bertemu dengan CEO perusahaan Amerika Serikat (AS) di Intercontinental the Willard Hotel, Washington DC, Kamis (12/5) waktu setempat. Secara khusus Presiden mengajak para pimpinan perusahaan mempertimbangkan investasi di sektor ekonomi hijau dan digital Indonesia.

Sejumlah pimpinan perusahaan yang hadir antara lain berasal dari Google, Qualcomm, Chevron, ConocoPhillips, Boeing, hingga Marriot International. Selain itu, hadir pula Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo, US-ASEAN Business Council Ted Osius, serta Utusan Khusus untuk Perubahan Iklim John Kerry.

Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan Indonesia berpotensi menjadi pemasok bahan baku industri, penyedia energi hijau, serta ekonomi digital. Kekayaan bahan baku ini juga diperkuat dengan tingginya populasi Indonesia dimana sebagian besar masuk dalam kategori usia produktif.

Adapun bahan baku industri yang bisa diolah adalah nikel, tembaga, dan bauksit. Nikel berperan penting dalam perkembangan industri baru dan terbarukan. Selain itu Indonesia juga menjadi negara penghasil besi, baja, dan stainless steel terbesar kedua di dunia.

“Transformasi ini akan diikuti dengan barang-barang tambang seperti tembaga dan bauksit untuk aluminium yang akan menjadi tulang punggung energi baru terbarukan (EBT), termasuk baterai litium dan mobil listrik,” ujar Jokowi dalam sambutannya pada ASEAN-US Special Summit with Business Leaders, Jumat (12/5)

Jokowi juga menawarkan investasi di tiga jenis pembangkit listrik, yakni Pembangkit Listrik Tenaga Hidro (PLTH) pada 4.400 sungai di Indonesia,  Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau geothermal (PLTP).

“Pembangkit listrik geothermal yang sangat melimpah, ada potensi 29.000 megawatt,” kata Jokowi.

Jokowi juga menawarkan pengembangan sektor ekonomi digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Hal ini sesuai dengan perkiraan nilai ekonomi digital Asia Tenggara yang akan mencapai US$ 330 miliar pada 2025. Khusus untuk Indonesia, ekonomi digital diproyeksikan tumbuh 20% per tahun hingga US$ 146 miliar pada tahun yang sama.

Potensi pertumbuhan ekonomi digital tersebut juga didukung dengan menjamurnya perusahaan rintisan digital alias start-up. Jokowi mengatakan saat ini Indonesia duduk di peringkat kelima jumlah startup terbanyak di dunia dengan 2.346 startup. Adapun dua di antaranya sudah bertaraf decacorn dan delapan di antaranya unicorn.  

“Saya sangat mengharapkan kontribusi pebisnis AS dalam pengembangan infrastruktur digital, memfasilitasi digital capacity building dan mendukung kami masuk ke global value chain melalui digitalisasi,” kata Jokowi.

Sebagai negara koordinator dalam KTT ASEAN-AS serta Presiden G20, Jokowi mengatakan Asia Tenggara sudah menjadi kawasan dengan ekonomi yang stabil. Ia juga ingin G20 bisa menjadi katalisaator pemulihan ekonomi global. 

“Semua ini membutuhkan komitmen yang erat antara komunitas bisnis dan saya berharap para CEO perusahaan-perusahaan besar AS," ujar Presiden.

Reporter: Amelia Yesidora