Walikota Bern, Swiss, Alec Van Graffenried menuliskan surat menyentuh kepada keluarga Ridwan Kamil yang memutuskan untuk pulang ke Indonesia setelah pencarian hingga hari ketujuh Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril (22) tak juga membuahkan hasil.
Surat dalam bahasa Inggris yang ditulis tangan tersebut diunggah oleh istri Ridwan Kamil, Atalia Praratya, melalui instagramnya @ataliapr, Kamis (2/6).
Dalam suratnya Van Graffenried mengatakan betapa ia berharap kujungan Ridwan Kamil sekeluarga ke kota Bern memberikan kesan yang baik. Namun ia mengungkapkan kesedihannya atas tragedi yang menimpa Eril.
“Kota Bern akan selamanya terikat dengan Anda (Ridwan Kamil) dan keluarga Anda atas kejadian yang menyedihkan pada akhir pekan ini,” tulisnya.
Berikut isi surat Van Graffenried:
Dear governor
How much would i have wished that your stay in bern had been marked only by good impressions. i am deeply saddened that your family in bern is now overshadowed by this tragic incident. The city of bern will forever be deeply connected to you and your family by the events of this sad weekend.
Yours sincerely.
Dalam unggahan di instagramnya Atalia juga memposting fotonya bersama sang suami dan putri mereka, Camillia Laetitia Azzahra sedang duduk di tepian Sungai Aare. Dia menuliskan, “di Sungai Aare yang luar biasa indah dan cantik ini, mamah lepaskan kamu untuk kita bertemu lagi, cepat atau lambat”.
Atalia melepaskan putra sulungnya kepada sang pemilik yang sebenarnya di mana Eril akan mendapatkan limpahan kasih sayang, karunia dan kebahagiaan yang tak pernah putus.
“Ril, mamah pulang dulu ke Indonesia, ya.. Mamah titipkan kamu dalam penjagaan dan perlindungan terbaik dari pemilikmu yang sebenarnya, Allah SWT, di manapun kamu berada. Insya Allah kamu tidak akan kedinginan, kelaparan, atau kekurangan apapun. Doa terbaik mamah dalam setiap helaan napas,” tulis Atalia.
Ridwan Kamil dan Atalia, selain memantau secara dekat proses pencarian oleh Polisi Maritim, juga melakukan usaha mandiri untuk memeriksa langsung beberapa titik-titik potensial di sepanjang bantaran sungai Aare.
Bantuan juga diberikan oleh klub pendayung, klub pemancing, dan komunitas berkebun. Sementara keputusan untuk melibatkan penyelam sangat situasional karena kondisi alam sangat tidak menentu.