Menjelang mulainya tahapan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 pada bulan ini, berbagai partai politik (parpol) tengah menjajaki peluang untuk membangun koalisi. Satu poros telah terbentuk, yaitu Koalisi Indonesia Bersatu yang diinisiasi Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Di samping itu, muncul dinamika politik terbaru dengan Nasdem disebut-sebut akan menjadi sentral pembentukan poros kedua.
Sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), diprediksi akan membentuk sebuah poros tersendiri. Hal itu tak terlepas dari perolehan PDIP pada Pemilu 2019, sehingga memenuhi presidential threshold atau ambang batas mencalonkan presiden sebesar 20% kursi parlemen. Sedangkan komposisi Fraksi PDIP di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mencapai 22,26%.
Merespons soal kemungkinan membentuk poros tersendiri, Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, menggunakan istilah kerja sama partai politik, bukan koalisi. "Kerja sama partai politik itu kan salah satu prinsip dari gotong royong," kata Hasto di sela-sela acara Peresmian Masjid At-Taufiq di Jakarta, Rabu (8/6).
Meski partai-partai lain telah melakukan berbagai manuver politik untuk menjajaki kemungkinan koalisi, Hasto tak merasa ketakutan PDIP akan tertinggal. Menurutnya, segala komunikasi politik mesti dijalankan secara bertahap.
"Dijalankan dulu. Kita ini kan step by step," ujarnya.
Sementara terkait tokoh yang akan diusung PDIP menjadi capres, Hasto tidak dapat menyebutkan nama, karena Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, belum memberikan keputusan. Namun, dia mengungkapkan bahwa saat ini PDIP tengah sibuk menggodok konsepsi mengenai arah masa depan bangsa.
Salah satu upaya dilakukan dengan menggali kembali pola pembangunan semesta. Dengan demikian, Megawati juga dapat mengambil keputusan mengenai arah partai ke depannya. "Ketika Ibu Mega mengambil keputusan, seluruh desain masa depan itu sudah siap," tuturnya.
Meski muncul kabar adanya faksi di internal tubuh PDIP, terkait sosok yang akan menjadi capres pada Pemilu 2024, menurut Hasto kader PDIP dipastikan mengikuti arahan Megawati setelah ada keputusan. "Kita ini kan satu keluarga besar yang menyatukan diri dalam organisasi PDIP, sehingga semuanya berdisiplin," jelasnya.
Oleh sebab itu, dia tak melihat adanya perpecahan di dalam PDIP, termasuk soal Jokowi yang dinilai memberikan sinyal dukungan kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Sinyal dukungan tersebut dikabarkan berbeda dengan kehendak Megawati yang cenderung menghendaki putrinya, Puan Maharani, agar maju menjadi capres dari PDIP.
"Sinyalnya baik-baik saja. Presiden sendiri mengatakan hubungannya dengan Ibu Mega hubungan batin. Hubungan ibu dan anak," ungkap Hasto.
Menurut laporan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 cenderung mendukung Ganjar Pranowo jika maju dalam Pilpres 2024.
Sebelumnya pada acara persemian Masjid At-Taufik ini, Jokowi pun mengakui bahwa hubungannya dengan Megawati seperti ibu dan anak.
Sebagai sosok ibu, Jokowi mengaku selama ini memiliki hubungan batin dengan Megawati, layaknya hubungan anak dengan ibu kandungnya. Hubungan batin itu juga yang membuat Presiden menaruh kepercayaan tinggi terhadap sosok Megawati.
"Selalu penuh dengan rasa kepercayaan yang tidak pernah berubah," jelas Jokowi.
Mengenai isu perbedaan pendapat yang terjadi belakangan ini dengan Megawati, kata Jokowi, hal itu sebagai sebuah kewajaran. Dia pun menganalogikannya seperti halnya hubungan antara anak dan ibu, yang terkadang juga diselingi dengan perbedaan pendapat. "Kalau dalam perjalanan panjang, kadang-kadang ada perbedaan antara anak dan ibu itu wajar saja, biasa," ungkap Jokowi.