Survei: Mayoritas Warga Tak Tahu Indonesia Jadi Presidensi G20

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/foc.
Delegasi negara G20 mengikuti rapat pertemuan kedua "Trade, Industry, and Investment Working Group (TIIWG) Presidensi G20 di Solo, Jawa Tengah, Rabu (6/7/2022).
Penulis: Ashri Fadilla
Editor: Lavinda
12/7/2022, 07.05 WIB

Hasil survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menunjukkan, mayoritas masyarakat tak mengetahui bahwa Indonesia merupakan pemegang presidensi G20 atau Group of 20, pada 2022.

Dari seluruh responden, hanya 30% yang menyatakan tahu bahwa Indonesia merupakan presidensi dan tuan rumah penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022.

Awareness (kesadaran) warga lebih tinggi pada kelompok laki-laki, usia 25 tahun ke bawah, pendidikan dan pendapatan menengah atas,” kata Direktur Eksekutif IPI, Burhanuddin Muhtadi pada Senin (11/7).

Sebagaimana diketahui, salah satu negara anggota G20, yaitu Rusia kini tengah berkonflik dengan Ukraina. Konflik tersebut pun membawa sejumlah dampak dalam berbagai sektor di kancah dunia.

Terkait dengan konflik yang tengah terjadi, Rusia diboikot negara-negara anggota G20 lainnya untuk hadir dalam KTT G20. Beberapa negara yang menentang kehadiran Rusia yaitu Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Inggris.

Dalam hasil survei yang dilakukan IPI, sebanyak 75,8% menginginkan agar Indonesia tetap mengundang Rusia dalam KTT G20 pada November mendatang. Dari 75,8% tersebut, sebanyak 7,9% menyatakan sangat setuju dan 67,9% menyatakan setuju.

Kemudian, sebanyak 78% responden menginginkan agar Indonesia mengundang Rusia bersama Ukraina hadir dalam KTT G20. Sebanyak 6,4% menyatakan sangat setuju, sementara 71,6% menyatakan setuju.

Upaya untuk menghadirkan Rusia dan Ukraina yang beberapa waktu lalu disambangi oleh Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo diharapkan masyarakat dapat menciptakan perdamaian.

Terkait itu, sebanyak 84,7% menyetujui sikap yang diambil Pemerintah RI, sebab merupakan salah satu amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 agar Indonesia dapat menjaga perdamaian dunia.

“Mayoritas mendukung Pemerintah Republik Indonesia mengundang negara-negara yang saat ini dalam situasi berperang, karena mayoritas warga juga sangat mendukung konstitusi negara yang tidak berpihak kepada pihak manapun,” jelas Burhanuddin.

Meski mendapat penolakan dari berbagai negara, Rusia rencananya akan tetap hadir secara fisik dalam KTT G20 pada November mendatang. Hal itu diungkapkan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva.

“Kami ingin berpartisipasi dan presiden kami sudah menegaskan keinginannya untuk datang ke G20 di Bali,” ujarnya pada Senin (18/4). 

Sebelumnya, beberapa negara telah menyatakan keberatan jika Rusia hadir dalam KTT G20. Penolakan dari Amerika Serikat (AS) disampaikan oleh Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.

Kemudian Penolakan dari Australia disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Kanada, Scott Morinson. Selain itu, PM Kanada, Justin Trudeau juga menyatakan keberatannya jika melihat Putin hadir dalam acara puncak G20 November ini.

“Sangat sulit bagi kami dan akan tidak produktif bagi G20,” ujarnya dikutip dari AFP, Jumat (1/4).

Reporter: Ashri Fadilla