Lembaga survei Poltracking Indonesia memprediksikan beberapa poros koalisi pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang. Prediksi tersebut berdasarkan hasil analisis dari temuan data Survei yang dilakukan pada 1-7 Agustus lalu.
Data hasil survei ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR dalam acara Rilis Survei Nasional: Proyeksi Peta Koalisi Pilpres 2024, pada Rabu, (31/8) di JS Luwansa Hotel, kuningan, Jakarta Selatan.
Survei dilakukan Poltracking pada 1.220 responden pada 1 hingga 7 Agustus 2022. Survei yang dilakukan dengan metode stratified multistage random sampling ini memiliki margin of error +-2,9%.
Syarat ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) yaitu 20% kursi DPR RI atau 25% suara nasional. Berdasarkan hal tersebut, Poltracking menggambarkan 7 skenario kemungkinan koalisi dalam pemilihan presiden 2024 mendatang.
Skenario Empat Poros Koalisi Pilpres 2024
Skenario yang pertama digambarkan sebagai tetrapolar atau empat poros. Poros pertama adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar (14,7% kursi), PAN (7,6% kursi), serta PPP (3,3% kursi) dengan total 25,73% suara.
Potensi capres dari poros ini Ganjar Pranowo serta Airlangga Hartanto. Untuk kandidat cawapres, dari kalangan partai politik ada Airlangga serta Sandiaga Uno. Sedangkan dari non-parpol, muncul nama Erick Thohir dan Ridwan Kamil.
Poros kedua, koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) dengan 23,6% atau 136 kursi DPR RI, terdiri dari Gerindra (13,5% kursi) dan PKB (10,09% kursi). Koalisi ini berpotensi mengusung Prabowo Subianto sebagai kandidat capres. Sedangkan untuk pasangannya adalah Muhaimin Iskandar dari parpol atau Erick Thohir serta Khofifah Indar Parawansa dari non parpol.
Selanjutnya, poros ketiga dengan total 23,6% atau 136 kursi DPR yang terdiri dari NasDem (10,2% kursi), Demokrat (9,3% kursi), dan PKS (8,7% kursi). Koalisi ini berpotensi mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Sedangkan kandidat cawapresnya adalah Agus Harimurti Yudhoyono dari kalangan parpol, serta Khofifah Indar Parawansa dan Erick Thohir dari kalangan non-parpol.
Poros terakhir dari skenario ini menampilkan PDI Perjuangan (22,2% kursi DPR), dengan kandidat capres Puan Maharani. Adapun nama cawapres yang berpotensi muncul adalah Sandiaga Uno dari kalangan parpol, dan tiga nama dari kalangan non-parpol yaitu Erick Thohir, Andika Perkasa, lalu Ridwan Kamil.
Dalam permutasi ini, sebanyak 28,2% responden memilih Ganjar Pranowo jika bersama Airlangga, sebanyak 24,1% memilih Prabowo bersama Muhaimin, dan 19,2% memilih Anies dan Khofifah. Sedangkan suara yang didapatkan Puan dan Sandiaga hanya 3,6%, adapun sebanyak 26,7% menyatakan tidak tahu atau tak jawab.
Nama Ganjar tetap memimpin jika disandingkan dengan Ridwan Kamil (28,7%), Erick Thohir (27,4%), maupun Sandiaga (25,5%).
Skenario Tiga Poros
Model A
Selanjutnya ada analisis tiga poros yang selanjutnya akan diklasifikasikan sebagai model A, B, dan C.
Pada poros pertama, skenario tripolar atau tiga poros model A menampilkan Koalisi Indonesia Bersatu yang berpotensi mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Ganjar didampingi kandidat cawapres dari parpol Airlangga Hartanto/Sandiaga Uno, serta dari kandidat non-parpol Erick Thohir serta Ridwan Kamil.
Lalu poros kedua terdiri dari PDI Perjuangan yang bergabung dengan Koalisi Indonesia Raya mengusung Prabowo Subianto sebagai capres didampingi Puan Maharani sebagai cawapres.
Poros ketiga adalah Nasdem, PKS, dan Demokrat yang tetap mengusung Anies Baswedan. Sedangkan cawapres dari kalangan partai diisi Agus Harimurti Yudhoyono atau dari kalangan non-partai Khofifah Indar Parawansa.
Dalam model A ini, responden tetap menempatkan Ganjar sebagai capres terfavorit. Elektabilitas terbesar Ganjar tertinggi jika dipasangkan dengan Erick Thohir yakni 28,4%, sedangkan terendah jika berpasangan dengan Airlangga yakni 24,7%.
Untuk melihat model berikutnya silakan klik next