Jokowi Sebut Perang Rusia dan Ukraina Masih Lama

Kremlin.ru
Presiden Joko Widodo (kiri) berdiskusi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022).
Penulis: Rizky Alika
Editor: Lavinda
8/9/2022, 21.56 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperkirakan perang Rusia dan Ukraina masih akan berlangsung lama. Hal itu dipaparkan Kepala Negara di hadapan para ekonom ketika membahas terkait kondisi global terkini.

Kesimpulan itu muncul berdasarkan hasil pertemuan Jokowi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky beberapa waktu lalu di negaranya masing-masing.

"Keadaan ini akan berjalan masih lama. Jangan berharap perang besok atau bulan depan selesai," kata Jokowi di Sarasehan 100 Ekonom di Jakarta, Rabu (7/9).

Jokowi berupaya untuk mendamaikan Ukraina dan Rusia. Namun, upaya tersebut berakhir pahit. Menurutnya, sulit untuk membuka ruang dialog di antara kedua pemimpin itu. "Saya belokkan saja," kata Jokowi.

Oleh karenanya, Jokowi hanya membahas krisis pangan kepada Putin dan Zelensky. Saat itu, Zelensky mengatakan 77 juta ton gandum harus diekspor dari Ukraina. Namun, ekspor tidak bisa dilakukan karena masalah keamanan di tengah perang dengan Rusia.

Jokowi pun menyampaikan masalah Ukraina itu kepada Putin. Mendengar hal itu, Putin menjamin keberlangsungan ekspor Ukraina.

"2-3 minggu kemudian, sudah ada kapal yang keluar dari Odessa ke Istanbul," ujar Jokowi.

Dengan konflik yang masih berlangsung lama, Jokowi tidak bisa memperkirakan dampak perang terhadap kenaikan harga barang hingga pertumbuhan ekonomi.

 

Ekonomi Bisa Minus 17% Kalau Lockdown

Indonesia menjadi salah satu negara yang tidak menerapkan lockdown saat pandemi Covid-19. Jokowi mengatakan, ekonomi Indonesia bisa terkontraksi menjadi minus 17% apabila menerapkan lockdown.

"Kalau saat itu kita lockdown mungkin kita bisa masuk ke minus lebih dari 17%," ujarnya.

Padahal, sebanyak 80% menteri meminta Jokowi menerapkan lockdown. Survei juga menunjukkan lebih dari 80% responden meminta lockdown.

Di tingkat global, Jokowi menyebut ada 70 negara menerapkan lockdown. Mantan Wali Kota Solo itu pun memikirkan keputusan yang tepat.

"Saya endapkan betul. Jawabannya tidak usah lockdown," kata dia.

 Tak Masalah RI Kalah di WTO

Indonesia menghentikan ekspor komoditas mentah, salah satunya ekspor nikel mentah sejak 2020. Langkah itu mengundang gugatan dari Uni Eropa melalui Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Jokowi mengatakan tidak masalah Indonesia digugat pada WTO. Bahkan, ia juga tak mempermasalahkan apabila Indonesia kalah dalam gugatan itu.

"Kalau kalah ya tidak apa-apa. Industrinya sudah jadi," kata Jokowi.

Ia menilai, langkah menghentikan ekspor memberikan nilai tambah produk dalam negeri. Selain itu, pendapatan negara juga akan meningkat.

Pada tujuh tahun yang lalu, ekspor nikel hanya mencapai US$ 1,1 miliar. Lalu pada 2021, ekspor nikel sudah mencapai US$ 20,9 miliar. "Lompatannya 19 kali," ujar dia.

Untuk itu, ia meminta pemerintah tidak takut dalam menghentikan ekspor komoditas mineral. Adapun, Jokowi berencana menghentikan ekspor bauksit dan tembaga pada tahun depan.

Reporter: Rizky Alika