Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan bahwa porsi penumpang warga negara asing (WNA) di Bandar Udara Internasional Kualanamu masih kecil. Kerja sama antara perusahaan milik negara dan investor dari India untuk mengelola bandara tersebut merupakan langkah tepat.
Alvin Lie, yang pernah menjabat sebagai anggota Ombudsman, mengatakan bahwa jumlah penumpang di bandara yang berlokasi di Deli Serdang, Sumatera Utara, itu telah mencapai 26.750 sejak Januari. Dari jumlah tersebut, 80,1% merupakan warga negara Indonesia (WNI) dan sisanya penumpang asing.
“Yang menarik adalah jumlah penumpang yang keluar-masuk Medan ini selama kurun tujuh tahun itu sekitar 10 juta,” kata Alvin pada acara seminar nasional di Medan, Sumatera Utara, pada Selasa (20/9/2022).
“Tapi persentasenya itu 80% adalah WNI. WNA-nya hanya 20%. Dan ini terjadi tidak hanya di Medan. Hampir semua bandara di Indonesia, kecuali Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, itu penumpangnya didominasi oleh warga negara Indonesia.”
Meskipun lalu lintas penerbangan internasionalnya terbesar ketiga di Indonesia, lebih banyak WNI yang berangkat ke luar negeri dibandingkan WNA yang berkunjung ke Indonesia di Bandara Kualanamu, menurut bekas anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) itu.
Pola keluar-masuk penumpang yang umum di bandara-bandara di dalam negeri tersebut menandai bahwa bandara-bandara ini belum berhasil mengundang penumpang asing untuk masuk ke Indonesia, meskipun telah memfasilitasi orang-orang Indonesia itu sendiri.
PT Angkasa Pura Aviasi, yang mengelola Bandara Kualanamu, telah menargetkan bandara tersebut untuk menjadi sebuah pusat atau hub penerbangan internasional, terutama untuk Indonesia bagian barat. Target tersebut juga mempertimbangkan pengalaman dan keahlian dari salah satu investornya, yaitu perusahaan asal India GMR Group.
GMR Group mengelola setidaknya delapan bandara di dua benua, menurut CEO Angkasa Pura Aviasi Achmad Rifai. Salah satunya adalah Bandar Udara Internasional Indira Gandhi, yang merupakan bandara tersibuk di India.
Angkasa Pura Aviasi telah memproyeksikan bahwa porsi penumpang penerbangan internasional Bandara Kualanamu akan naik ke 32% pada 2030 dari 18% pada 2023, berdasarkan data dari Rifai.
Alvin mengatakan bahwa kerjasama antara GMR Group dan PT Angkasa Pura II, perusahaan pengelola bandara milik negara, untuk mengelola Bandara Kualanamu merupakan langkah yang tepat untuk menarik penumpang asing, terutama warga negara India.
Angkasa Pura Aviasi juga berencana untuk membuka rute ke kota-kota di Asia Selatan, yang sebagian besar bertujuan ke India.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa peningkatan jumlah penumpang pesawat dan kargo memberikan kesempatan ke Bandara Kualanamu untuk mewujudkan rencananya menjadi pusat penerbangan internasional.
“Peningkatan pelayanan serta menangkap peluang yang ada harus dilakukan dengan kolaborasi dan kerja sama dari seluruh stakeholder penerbangan domestik dan internasional. Kerja sama yang sudah dilakukan PT Angkasa Pura II dengan GMR serta stakeholder lain akan mewujudkan kolaborasi tersebut dan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan juga pariwisata,” kata Budi.
Bandara Kualanamu, yang merupakan ketiga terbesar di Indonesia, saat ini melayani penerbangan internasional ke Malaysia, Singapura, Thailand, dan Arab Saudi. Maskapai yang mengoperasikan penerbangan ini mencakup Batik Air, Lion Air, Citilink, AirAsia, Singapore Airlines, Malaysia Airlines, dan Saudia.