PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menemukan 'harta karun' berupa cagar budaya saat pembangunan fase kedua yang menghubungkan antara Stasiun Bundaran HI hingga Stasiun Kota. Temuan ini membuat jalur rel MRT harus dibelokkan sehingga tidak merusak cagar budaya tersebut.
Harta karun itu ditemukan di beberapa lokasi di antaranya seperti Gedung Sarina, Museum Bank Indonesia, Gedung Chandranaya, Pantjoran Tea House, hingga Tugu Jam Thamrin.
Arkeolog Junus Satrio Atmodjo mengatakan cagar budaya yang ditemukan itu bakal menjadi milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Hal itu sesuai dengan Undang-undang no.11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Harta karun yang ditemukan masuk dalam klasifikasi Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB). Berikut daftarnya:
Saluran Air Kuno Batavia
Saat persiapan pembangunan Stasiun MRT Kota, pembukaan tanah dilakukan di sepanjang Jalan Pintu Besar Selatan. Junus menyebutkan pembukaan tanah itu untuk menelusuri temuan struktur bata abad 18 di depan Gedung Museum Bank Mandiri.
Dari pembukaan tanah ini ditemukan struktur Saluran Air Kuno Batavia sepanjang 400 meter pada Desember 2021. "Dan banyak temuan arkeologi," tulisnya.
Saluran air itu merupakan peninggalan masa penjajahan VOC. Sejak 1730, mereka membuat antisipasi lingkungan kota yang kotor dan berupaya memasok air bersih dari arah selatan.
Ujung pipa bermula di Pancoran di tempat bernama waterplaats atau kolam air dan berakhir di sekitar Pasar Ikan. Saluran pipa juga melewati gedung Wali Kota dan Kastil Batavia yang kini menjadi area Museum Fatahilah.
Adapun, lokasi penemuan struktur saluran masuk air bersih di pertemuan Jalan Pinangsia Raya dan Pancoran.
Struktur Jembatan Glodok Kuno
Objek ini juga ditemukan pada Desember 2021. Berdasarkan peta lama Batavia, terdapat jembatan untuk menyeberangi kanal Kali Besar yang saat ini menjadi Jalan Pancoran dan Jalan Pinangsia Raya.
Trem
Sistem rel trem yang masih utuh ditemukan di depan Museum Bank Mandiri. Selain itu, ada pula artefak abad 19-20 hingga struktur bata tua abad 18.
Junus mengatakan, Batavia menjadi kota pertama di Indonesia yang memiliki layanan trem. Pada 1869, Batavia mengoperasikan trem kuda.
Selanjutnya, penggunaan trem kuda beralih menjadi trem uap pada 1881. Kemudian, sistem uap itu diganti menjadi trem listrik pada 1885.
Jalur trem juga ditemukan di bawah aspal sepanjang Jalan Gajah Mada atau Mollenvliet West sampai dengan Jalan Veteran Rijswijk pada 2018 dan 2021.
Artefak
Sejumlah artefak juga ditemukan saat penggalian konstruksi MRT Fase 2A. Mengutip dari Antara, artefak yang ditemukan seperti tulang sendi dan gigi bovidae (hewan pemamah biak, seperti kerbau, antelop, bison), fragmen keramik China, fragmen keramik Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda. Artefak tersebut diperkirakan berasal dari abad 18 sampai 20 Masehi.
Puluhan artefak tersebut ditemukan saat tim melakukan ekskavasi atau penggalian di kawasan Cagar Budaya, mulai dari Menara Jam Thamrin, depan Kementerian Agama, bagian selatan Jalan Kebon Sirih, depan Wisma Mandiri, Kementerian ESDM, hingga pelataran air mancur menari.