Pemerintah saat ini sedang fokus menangani munculnya kasus gagal ginjal akut. Meski demikian, tren pasien baru penyakit tersebut terus menunjukkan angka penurunan.
Dari data Kementerian Kesehatan, hingga 22 Oktober, kasus baru gagal ginjal akut terus turun. Jumlah terbanyak berada pada pekan ke-42 tahun ini yakni 29 pasien baru.
Sepekan kemudian, angkanya turun menjadi 21 orang. Bahkan, Kemenkes mencatatkan 0 pasien baru pada pekan 44 2022.
Kasus penyakit tersebut awalnya muncul pada pekan kedua 2022. Angkanya tiba-tiba melonjak pada pekan ke-34 tahun ini atau Agustus 2022 menjadi 13 pasien dan terus menanjak sampai awal Oktober.
Penyakit ini paling banyak menimpa anak usia 1 hingga 5 tahun dengan persentase 65,7%. Adapun jumlah pasien terbaru hingga Senin (24/10) mencapai 255 orang. Sedangkan angka kematian pasien mencapai 143 orang.
Sedangkan DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Aceh menyumbangkan kasus terbanyak gagal ginjal akut. Sebanyak 47,7% pasien berasal dari tiga provinsi tersebut.
Kementerian Kesehatan juga tidak akan menetapkan penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal sebagai kejadian luar biasa (KLB). Pasalnya, penyakit yang dapat menjadi KLB adalah penyakit menular, sedangkan gagal ginjal akut disebabkan oleh intoksikasi obat.
Sedangkan Presiden Joko Widodo menginstruksikan para menteri di kabinet memberi perhatian khusus kepada gangguan ginjal akut. Jokowi telah meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menghentikan penjualan seluruh obat yang diduga menyebabkan penyakit tersebut.
Dia juga memerintahkan investigasi secara menyeluruh. Presiden juga menyarankan agar nama obat yang ditarik dan dihentikan tersebut diumumkan secara luas.
"Saya minta diberikan pengobatan gratis kepada pasien-pasien yang dirawat. Ini penting sekali," kata Kepala Negara pada rapat terbatas yang membahas gagal ginjal akut pada Senin (24/10).