Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali telah berlangsung dengan semarak pada 15 hingga 16 November 2022 lalu. Hal tersebut tak terlepas dari cuaca yang relatif terkendali selama acara.
Dalam hal ini, ada peran Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menjalankan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Hal tersebut dibuktikan dengan lancarnya acara jamuan makan malam di ruang terbuka Garuda Wisnu Kencana (GWK).
Salah satu orang yang terlibat dalam modifikasi cuaca itu adalah Perekayasa Ahli Utama TMC BRIN Tri Handoko Seto. Awalnya ia mendapatkan penugasan langsung dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan untuk memastikan kelancaran cuaca saat KTT G20.
"Karena acara ini bukan main-main, ini ada para kepala negara," kata Seto kepada Katadata.co.id, Jumat (18/11).
Tim lalu mulai bersiap sejak 13 November 2022. Sepanjang 13 hingga 14 November, sebanyak 8 ton garam telah ditebar di sekitar Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana atau GWK dan The Apurva Kempinski Bali.
Penaburan garam dilakukan dengan menerbangkan tiga pesawat terbang kecil dari Posko BMKG di Lombok dan satu pesawat besar dari Posko BMKG Banyuwangi.
Penebaran garam tersebut membuat hujan terjadi secara prematur. Seto menjelaskan penyebaran garam juga dilakukan agar awan hujan tidak terbentuk di kedua wilayah tersebut pada 15-16 November 2022.
Sempat Kelabakan
Namun situasi mulai menegangkan setelah tim melihat prakiraan cuaca terkini yang dikeluarkan sistem BMKG pada 14 November 2022 malam. Data memperlihatkan munculnya awan potensi hujan di beberapa titik pada 15 November 2022 karena perubahan pola angin.
Mantan Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca itu menilai ancaman Pulau Dewata diguyur hujan pada 15 November 2022 lebih besar dari prakiraan sebelumnya. Titik-titik awan hujan terbentuk di Nusa Penida, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, dan laut sekitar Nusa Dua.
Akhirnya Seto menebar lagi sebanyak 15 ton garam pada hari pertama KTT G20. Sebanyak empat pesawat melakukan 11 penerbangan dari Lombok dan Banyuwangi agar hujan turun secara prematur di luar kawasan Taman Budaya GWK dan The Apurva Kempinski Bali.
"Kami sempat kelabakan saat itu, tapi bersyukur bisa dikendalikan," kata Seto.
Berdasarkan pengamatan Katadata di Bali International Convention Center (BICC), rintik hujan membasahi mobil para kepala negara dalam perjalanan menuju The Apurva Kempinski Bali pada hari pertama KTT G20. Seto mengatakan hal tersebut disebabkan oleh banyaknya awan hujan pada 15 November 2022.
BRIN dan BMKG menargetkan awan hujan tidak terbentuk saat jadwal makan siang dan makan malam Presiden Joko Widodo dengan para delegasi negara. Alhasil, hujan tidak mengganggu jamuan malam di GWK.
Rekayasa cuaca juga dilakukan pada 16 November 2022 lantaran jadwal kunjungan ke Taman Hutan Raya atau Tahura Ngurah Rai molor sejam menjadi 10.00-12.00 WITA.
Seto mengatakan cuaca masih mendukung hanya hingga pukul 10.00 WITA. Pasalnya, awan hujan diperkirakan terbentuk dan mengguyur di wilayah Tahura Ngurah Rai dan sekitarnya setelah pukul 10.00 WITA.
Alhasil, Seto menginstruksikan penaburan garam sebanyak 6 gram di sekitar Tahura Ngurah Rai. Total penerbangan yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut mencapai 5 penerbangan.
Artinya, total garam yang ditebar ke awan dalam menjaga kelancaran KTT G20 selama dua hari mencapai 29 ton. Sementara itu, total penerbangan yang dibutuhkan lebih dari 20 kali.
Selama dua hari KTT G20, Seto terus berkoordinasi dengan Kepala BMKG sangat intens Dwikorita Karnawati. Menurutnya, komunikasi tersebut terus berlangsung dari pagi hingga matahari terbenam.
"Pelaksanaan TMC pada KTT G20 sudah sangat keren. Kepala BMKG langsung meminta informasi terkini dan terus berkomunikasi dengan saya," ujar Seto.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.