Beda Prediksi BMKG dan Peneliti BRIN Soal Cuaca Ekstrem di Jabodetabek

ANTARA FOTO/Darryl Ramadhan/tom.
Sejumlah kendaraan melintasi banjir di Jalan Ciledug Raya, Pesanggrahan, Jakarta, Kamis (2/12/2022). Banjir di kawasan itu disebabkan intensitas hujan yang tinggi dan drainase yang buruk.
28/12/2022, 16.29 WIB

Meski demikian, BMKG memprediksi hujan besar baru akan terjadi pada Jumat (30/12). Mereka juga mengatakan perkiraan cuaca hari ini adalah hujan dengan intensitas sedang dan tinggi, namun bukan badai dahsyat.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Fachri Radjab mengatakan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih berpotensi terjadi hingga awal Januari 2023. Ia lalu menjelaskan, badai menurut terminologi adalah bagian dari hujan lebat dan angin yang terkait siklon tropis.

"Atau angin kencang yang menyertai cuaca buruk berkecepatan 64-72 knot," kata Fachri.

Adapun, dalam lama BMKG, badan tersebut menggunakan berbagai macam pengindraan untuk mengetahui pola gerak awan. Salah satunya mengandalkan Satelit Himawari -9 IR Enhanced.

Citra satelit Himawari BMKG pada Rabu (28/12). Foto: tangkapan layar laman BMKG. (BMKG)

Dar laman BMKG, terlihat pencitraan awan di wilayah barat daya Jawa berbentuk panjang dengan warna jingga. Semakin berwarna jingga awan yang ada di peta, maka suhu yang dibawanya semakin dingin.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memperkirakan akan terjadi hujan dengan intensitas ekstrem atau mencapai 150 milimeter per detik. Hujan tersebut akan ditemani oleh angin kencang dengan kecepatan 40-60 knots.

Dwikorita mengingatkan bencana meteorologi akan terjadi saat intensitas hujan melebihi angka 100 milimeter per detik. Artinya, intensitas hujan pada seminggu ke depan dinilai tetap dapat menimbulkan bencana meteorologi.

Ia sebelumnya menjelaskan menjelaskan kondisi cuaca pada pergantian tahun 2022-2023 disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, temperatur dingin di benua asia akan menciptakan angin yang berhembus ke benua Australia dengan temperatur yang lebih tinggi.

Kedua, seruakan dingin dari Dataran Tinggi Tibet dan benua Asia. Dengan kata lain, angin monsun yang terjadi akan lebih kuat lantaran temperatur dingin menuju titik ekstrem.

Ketiga, arus lintas ekuator. Secara sederhana, akan ada angin yang berhembus dari utara ekuator menuju selatan khatulistiwa.

Halaman: