Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB mencatat 31 kecamatan di empat provinsi terdampak dari cuaca ekstrem selama seminggu terakhir. Cuaca ekstrem mengakibatkan bencana banjir di empat kabupaten, yakni Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan; Kabupaten Majene, Sulawesi Barat; Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur; dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Cuaca ekstrem di berbagai daerah itu menyebabkan banjir hingga longsor yang memakan korban jiwa. Ratusan rumah terendam dan ribuan orang menderita akibat banjir.
"Sampai sekarang kondisi di wilayah kami masih diguyur hujan dan longsor. Terjadi longsoran-longsoran susulan di daerah kami," kata Kepala BPBD Kabupaten Gowa Ikhsan dalam saluran resmi BNPB, Rabu (28/12).
Bencana alam akibat cuaca ekstrem tersebut membuat pemerintah Kabupaten Gowa menetapkan kondisi gawat darurat selama 20 hari hingga 13 Januari 2023. Bencana alam di Gowa kali ini menyebabkan lima orang meninggal dunia.
Cuaca ekstrem dinilai menjadi penyebab utama banjir rob di Majene, Sulawesi Barat. Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Majene Sirajuddin mencatat 273 rumah di pesisir Majene rusak karena terhempas ombak setinggi 3 meter.
Di samping itu, tiga titik jalan nasional amblas karena air laut yang tumpah di darat dan seorang warga Majene meninggal tertimpa tembok yang dihempas ombak. Sirajuddin mencatat banjir rob tersebut terjadi pada 23-24 Desember 2023.
Dalam proyeksi BMKG, cuaca ekstrem tidak akan mengakibatkan banjir rob di bagian selatan Pulau Sulawesi. Namun banjir rob dinilai berpotensi terjadi di pesisir Sulawesi Utara dalam kurun waktu 20-29 Desember 2023.
Banjir yang meluas akibat cuaca ekstrem terjadi di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kepala BPBD Nusa Tenggara Timur Ambrosius Kodo mencatat banjir di Kupang menggenangi delapan desa yang berisi 515 kepala keluarga.
Sebanyak 2.264 jiwa terdampak oleh banjir di Kupang, 1 unit jembatan rusak, 506 rumah terendam, dan 98 balita terdampak. Ambrosius menyampaikan bencana banjir di Kupang berpotensi berlanjut hingga Januari 2023.
"Sesuai dengan informasi peringatan dini BMKG. Sampai dengan Januari 2023, NTT masih masuk dalam wilayah yang dimaksud dalam daftar 86% potensi wilayah yang akan ada bencana hidrometeorologis," kata Ambrosius.
Terpisah, Kepala BPBD Grobogan Endang Sulistyoningsih menilai banjir yang terjadi di Kecamatan Geyer, Jawa Tengah disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi pada 26 Desember 2022. Alhasil, Sungai Lusi melebihi kapasitas tampung, meluap, dan menggenangi Kecamatan Geyer.
Endang menyampaikan banjir di Kecamatan Geyer saat ini menyebar ke dua wilayah lain yang berada di sekitar daerah aliran sungai atau DAS Lusi, yakni Kecamatan Purwodadi dan Kecamatan Tawangharjo. "Sebentar lagi Kecamatan Klambu akan tergenang," kata Endang.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati sebelumnya memperkirakan akan terjadi hujan dengan intensitas ekstrem atau mencapai 150 milimeter per detik. Hujan tersebut akan ditemani oleh angin kencang dengan kecepatan 40-60 knots. Kondisi ini akan dialami di Indonesia berbagai wilayah.
Dwikorita mengingatkan bencana meteorologi akan terjadi saat intensitas hujan melebihi angka 100 milimeter per detik. Artinya, intensitas hujan pada seminggu ke depan dinilai tetap dapat menimbulkan bencana meteorologi.