Perjalanan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berpasangan maju di pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada 2017 lalu kembali mendapat sorotan. Hubungan keduanya ramai diperbincangkan lantaran adanya kabar perjanjian utang piutang senilai Rp 50 miliar saat keduanya ikut kontestasi pilkada.
Peneliti dari Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro menilai ada nuansa politis di balik tersiarnya kabar utang piutang antara Anies dan Sandiaga. Apalagi kabar itu tersiar setelah Anies mengantongi tiket maju dalam pemilihan presiden dari koalisi tiga partai yang memiliki lebih dari 25 persen suara sah pada pemilu 2019 lalu.
“Cukup mengherankan dalam dua minggu terakhir sejumlah pihak beramai-ramai membuka rahasia terkait anies baswedan melalui pengungkapan perjanjian politik di pilkada DKI lima tahun lalu,” ujar Bawono.
Menurut Bawono bukan tidak mungkin kabar utang piutang sengaja dihembuskan untuk menggembosi suara Anies Baswedan menjelang pemilihan presiden 2024 dimulai. Lebih jauh ia menyebut kabar itu bisa juga merupakan bagian dari cara untuk mendelegitimasi anies baswedan secara etik di mata publik lantaran selama ini ia dikenal sebagai politikus yang santun dalam berbicara.
Bagaimana sebenarnya pangkal mula perjanjian antara Anies dan Sandiaga hingga berujung pada kabar perjanjian utang di antara keduanya.
Perjanjian Politik
Saat maju di pilkada DKI Jakarta, Anies - Sandiaga mendapat dukungan dari Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra. Anies dan Sandi kemudian membuat perjanjian politik di antara keduanya. Perjanjian itu dibuat secara tertulis dan menjadi bukti komitmen keduanya selama masa kampanye hingga terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur.
Ihwal adanya perjanjian politik di antara keduanya, diungkap langsung oleh Sandiaga. Dalam wawancara kepada awak media pertengahan Januari ia menyebut perjanjian politik sebagai komitmen yang masih ia pegang hingga hari ini.
Menurut Sandiaga perjanjian tersebut ditulis tangan dan diteken oleh dirinya, Anies, dan Prabowo pada September 2016. Sandiaga menyampaikan perjanjian tersebut telah dibubuhi dengan materai. Artinya, isi perjanjian tersebut mengikat secara hukum.
"Perjanjian itu perjanjian yang menurut saya memikirkan kepentingan bangsa dan negara, kepentingan saat itu kami mencalonkan, dan kepentingan apa yang Pak Prabowo harapkan kepada kami berdua dan poinnya," kata Sandiaga di kompleks Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (30/1).
Sandiaga menyampaikan perjanjian tersebut telah dibubuhi dengan materai. Artinya, isi perjanjian tersebut mengikat secara hukum.
Disimpan Gerindra
Dalam penjelasannya, Sandiaga mengatakan perjanjian politik antara dia dan Anies juga diketahui oleh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Dia menyebut lembar perjanjian tersebut disimpan oleh Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.
Fadli Zon dan Sufmi Dasco membenarkan adanya perjanjian politik antara Anies, Sandiaga dan Prabowo. Dalam penjelasannya, Fadli mengatakan terdapat 7 poin dalam perjanjian. Meski tidak menjelaskan detail isi kesepakatan namun dia menyebut perjanjian politik itu merupakan komitmen dari para pihak untuk bersama memenangkan pilkada dan bekerja untuk kepentingan masyarakat banyak.
Perjanjian Utang Piutang
Rupanya antara Anies dan Sandiaga tak hanya terikat perjanjian politik pada Pilkada DKI 2017 itu. Keduanya juga terikat dengan perjanjian utang piutang senilai Rp 50 miliar yang ditandatangani di hadapan pengacara.
Ihwal perjanjian utang piutang itu terungkap dari diskusi Wakil Ketua Umum Partai Golkar Erwin Aksa dengan Akbar Faizal di channel Youtube @AkbarfaizalUncensored yang diunggah Sabtu (4/2). Dalam wawancara berdurasi sekitar 56 menit itu Erwin sempat menyinggung adanya perjanjian utang piutang senilai Rp 50 miliar antara Anies dan Sandiaga.
Menurut Erwin sesuai komunikasi Sandiaga meminjamkan Anies uang dan tercatat dalam perjanjian di hadapan Rikrik Rizkiyana, yang menjadi pengacara Sandiaga saat itu. Ia mengaku melihat dan mengetahui secara langsung kejadian itu.
“Intinya kalau tidak salah perjanjian utang piutang. Yang punya duit meminjami yang ga punya duit. Yang punya likuiditas kan Pak Sandi dan memberikan pinjaman kepada Pak Anies dan waktu itu putaran pertama kan lagi tertatih-tatih dan itu saya lihat,” ujar Erwin.
Sandiaga Berkelit
Setelah kabar adanya perjanjian utang Rp 50 miliar terungkap, Sandiaga sempat berkelit. Saat menghadiri ulang tahun ke-15 Partai Gerindra pada Senin (6/2) ia enggan memberi penjelasan kepada awak media yang bertanya.
Menurut Sandiaga saat itu ia baru mendengar kabar tersebut dan belum mengetahui pasti bagaimana kabar yang beredar. Sandiaga berjanji akan mempelajari dulu sejauh mana kabar yang tersiar di media.
“Saya baca dulu, belum bisa kasih statement,” ujar Sandiaga singkat.
Anies Anggap Utang Rp 50 Miliar Selesai
Pada Selasa (7/2) Anies Baswedan melalui juru bicaranya Hendri Satrio Anies mengatakan bahwa perjanjian utang piutang antara dirinya dan Sandiaga memang ada. Namun, perjanjian itu telah berakhir sesuai dengan klausul yang dibuat dalam kesepakatan kedua belah pihak.
"Saat ini, perjanjian tersebut sudah selesai. Jadi, bukan lunas bahasanya atau diikhlaskan, tetapi selesai,” ujar Hendri.
Menurut Hendri perjanjian dianggap selesai lantaran dalam kesepakatan disebutkan Anies harus mengembalikan uang Rp 50 miliar apabila kalah di Pilkada DKI Jakarta. Apabila Anies dan Sandiaga menang dalam pilkada maka perjanjian dianggap selesai.
"Jadi, pokoknya beres, deh. Nggak usah dibalikin. Ini budaya baru dalam kontestasi pilkada," kata Hendri lagi.
Adanya perjanjian antara Anies dan Sandiaga menurut Hendri merupakan hal yang baik dalam politik. Dengan adanya perjanjian maka kepala daerah bisa lebih fokus dalam bekerja rakyat ketimbang berpikir mengenai bagaimana cara membayar pinjaman ketika berkontestasi.
Ketika disinggung apakah isu pinjaman Rp 50 miliar diangkat untuk mengganggu atau mencitrakan Anies Baswedan,Hendri justru melihat hembusan itu menguntungkan Anies. Dia menyebut publik akan melihat bahwa Anies merupakan orang yang berkomitmen terhadap janji politik.
"Kenapa kemudian hal ini diangkat tiba-tiba? (Saya) Nggak tahu. Mungkin untuk mengganggu atau mencitrakan Anies nggak komit. (Pinjaman) Bukan diikhlasin, bukan lunas; tapi selesai karena Anies menang dalam pilgub Jakarta. Jadi, gitu ceritanya," jelasnya.
Sandiaga Salat Istikharah, Lalu Ikhlaskan Rp 50 Miliar
Saat menghadiri peringatan 1 Abad NU di Sidoarjo Jawa Timur, pada Selasa (7/2) Sandiaga akhirnya berkomentar banyak tentang perjanjian utang piutang antara dia dan Anies di Pilkada DKI Jakarta. Namun, Sandiaga menyebut telah mengikhlaskan uang itu dan tidak akan mengungkit kembali.
Setelah saya salat istikharah, setelah saya menimbang berkoordinasi dengan keluarga, saya tidak ingin melanjutkan pembicaraan mengenai ini dan lebih baik nanti para pihak yang mengetahui untuk bisa menyampaikan," kata Sandiaga.
Sandiaga mengatakan saat ini dirinya ingin fokus menatap masa depan dan tak ingin lagi mengungkit masa lalu. Apalagi, sebentar lagi akan ada Pemilu 2024.Selain itu Sandiaga menegaskan hubungannya dengan mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga kini masih bersahabat dengan baik.
"Tapi bagi saya sekian dan saya fokus menatap masa depan. Kontestasi demokrasi sebentar lagi, mari kita tatap masa depan dengan penuh suka cita dan gembira," kata Sandiaga yang kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di pemerintahan Jokowi - Ma’ruf Amin.