Indonesia akan menghadapi bonus demografi atau komposisi penduduk usia produktif yang besar pada 2030. Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyoroti pentingnya praktik pembelajaran seumur hidup (lifelong learning) di masa lonjakan demografi.
“Bonus demografi bisa menjadi peluang, tetapi ini juga bisa menjadi bencana jika kita tidak bisa mengelolanya,” kata Jokowi saat menutup Inclusive Lifelong Learning Conference/ILLC di Bali, Rabu (5/7).
ILLC diadakan antara Indonesia bersama Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB atau Unesco di Bali pada 3-6 Juli 2023.
Jokowi mendorong anak-anak muda mengadopsi praktik pembelajar seumur hidup. Sehingga, mereka dapat menjadi motor penggerak kemajuan di masyarakat Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pembelajaran seumur hidup penting bagi kemajuan ekonomi di Indonesia. Sebab, pembelajaran ini melanjutkan peningkatan keterampilan dan kemampuan kerja masyarakat di dalam negeri.
Dengan begitu, pembelajaran seumur hidup akan menyiapkan tenaga kerja untuk menghadapi dirupsi dan perubahan di masa depan yang terjadi kian cepat dengan waktu persiapan yang singkat.
“Digitalisasi, otomasi, dan transisi ekonomi hijau pasti akan menggeser kebutuhan keterampilan tenaga kerja,” kata Sri Mulyani yang hadir secara virtual dalam ILLC.
Pemerintah telah mendukung pembelajaran sepanjang hayat melalui beberapa program. Salah satunya, Program Kartu Prakerja yang memberikan beasiswa pelatihan bagi penduduk berusia 18-64 tahun. Program ini bertujuan mengembangkan kompetensi para peserta.
Prakerja juga melibatkan berbagai pihak dalam pelaksanaannya, yakni pemerintah, sektor swasta (portal penyedia kerja, marketplace, penyedia pelatihan, dan perbankan), serta masyarakat. Kerja sama ini lantas terintegrasi secara digital di platform Prakerja.
Selain itu, pemerintah memiliki dana abadi pendidikan. “Dana ini dibentuk sejak 2010 dan kini hampir mencapai US$ 10 miliar,” ujar Sri Mulyani.
Dana abadi ini digunakan untuk mendanai beasiswa pendidikan, aktivitas penelitian, dan peningkatan kualitas institusi pendidikan. Sehingga, generasi berikutnya dapat mengenyam bangku pendidikan serta memastikan sistem pendidikan tetap relevan dengan kondisi industri dan ekonomi.
ILLC Hasilkan Manifesto Bali
Pada hari terakhir pelaksanaannya, ILLC menghasilkan Manifesto Bali. Manifesto ini mengakui sejumlah tantangan untuk mewujudkan pembelajaran seumur hidup yang inklusif.
Contohnya, kesenjangan digital, akses pendidikan yang terbatas karena kendala geografis, pilihan platform pembelajaran yang tidak fleksibel, dan pendanaan yang belum memadai.
Kemudian, kelompok rentan di masyarakat pun tidak homogen. Mereka memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Implementasi strategi dan konten pelatihan lantas perlu disesuaikan dengan konteks di setiap komunitas.
“Untuk memastikan setiap orang dapat berpartisipasi sepenuhnya, mewujudkan potensi mereka, dan mencapai pemberdayaan,” kata Ketua Dewan Pengurus UNESCO Institute for Lifelong Learning (UIL) Daniel Baril dalam penutupan ILLC.
Manifesto Bali menekankan pentingnya inklusivitas dalam pembelajaran orang dewasa dan seumur hidup. Pembelajaran yang diperuntukkan siapa saja, tanpa memandang umur dan latar belakang, dapat membawa perubahan lebih baik bagi setiap penduduk.
Manifesto Bali juga menyebut Prakerja sebagai platform digital yang inklusif dan kolaboratif. Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari pun mengatakan hal ini menjadi pengakuan atas inovasi dan keberhasilan Prakerja dalam meningkatkan keterampilan masyarakat di Indonesia.
ILLC diikuti oleh 339 peserta yang berasal dari 38 negara. Konferensi ini merupakan kelanjutan dari Marrakesh Framework of Action (MFA) yang dihasilkan dalam Konferensi Internasional Pendidikan Orang Dewasa (CONFINTEA) VII di Marrakesh, Maroko pada 2022.