Kerugian Pariwisata Akibat Kebakaran Bromo Hampir Rp 90 Miliar

ANTARA FOTO/Muhammad Mada/hp.
Petugas melakukan penyisiran di area kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kawasan Gunung Bromo, Malang, Jawa Timur, Selasa (12/9/2023). Penyisisran yang dilakukan tim gabungan BPBD, BB TNBTS, TNI, Polri, relawan, dan masyarakat setempat tersebut untuk mengendalikan sisa kebakaran agar tidak meluas.
25/9/2023, 16.22 WIB

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf menghitung kerugian industri pariwisata akibat kebakaran di Kawasan Gunung Bromo mencapai Rp 89,76 miliar. Kerugian tersebut dihitung berdasarkan tidak adanya pembelian karcis dan pengeluaran wisatawan yang berkunjung ke Kawasan Bromo.

Untuk diketahui, kawasan wisata Gunung Bromo ditutup total pada 6-18 September 2023. Hal tersebut disebabkan oleh kebakaran yang menghanguskan 504 hektare pada 6-10 September 2023.

"Kami melihat 13 hari terhalang ada pendapatan di sektor industri pariwisata senilai Rp 89,76 miliar," kata Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya dalam konferensi pers di kantornya, Senin (25/9).

Nia merinci ada empat variabel yang dikelompokkan menjadi dua dimensi dalam perhitungan kerugian tersebut. Variabel yang dimaksud adalah jumlah kunjungan harian, harga atau jenis tiket, pengeluaran wisatawan, dan lama penutupan Taman Nasional Gunung Bromo.

Dia menyampaikan jumlah kunjungan harian dan harga tiket membentuk dimensi pertama, yakni kerugian akibat tidak adanya pembelian tiket. Nia menghitung total kerugian harian mencapai Rp 121,38 juta atau Rp 1,57 miliar selama 13 hari.

Sementara itu, pengeluaran wisatawan dan lama penutupan nasional membentuk dimensi kerugian ekosistem industri pariwisata di sekitar Taman Nasional Gunung Bromo. Nia menghitung kerugian dimensi tersebut mencapai Rp 6,7 miliar per hari atau Rp 87,1 miliar selama 13 hari.

Nia menjelaskan pengeluaran wisatawan yang dimaksud adalah pengeluaran di penginapan, akomodasi makanan dan minuman, tarif atraksi, pembelian souvenir, dan tarif transportasi. Alhasil, total kerugian harian akibat penutupan Taman Nasional Gunung Bromo mencapai Rp 6,9 miliar.

Proses Rehabilitasi

Nia mengumumkan saat ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sedang melakukan rehabilitasi di taman nasional tersebut. Ada empat jenis rehabilitasi, yakni fisik, ekonomi, sosial, dan manajemen.

Menurut Nia, rehabilitasi tersebut penting lantaran Bromo merupakan salah satu dari 10 Destinasi Wisata Prioritas Nasional. Maka dari itu, Nia berkomitmen untuk kembali memasarkan Bromo setelah rehabilitasi oleh KLHK rampung.

"Kami akan memberikan nilai ekonomi dari kekayaan yang ada di Gunung Bromo," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Balai Besar TNBTS Hendro Widjanarko mengatakan, upaya pemulihan ekosistem kawasan Gunung Bromo tersebut, diperkirakan membutuhkan biaya hingga Rp3,5 miliar. Sementara total taksiran kerugian  akibat peristiwa kebakaran hutan dan lahan tersebut mencapai Rp 5,4 miliar.

Menurut dia, pemulihan ekosistem kawasan memang membutuhkan waktu cukup panjang agar pepohonan asli di kawasan tersebut tumbuh optimal. Adapun ada tiga mekanisme yang akan diterapkan dalam pemulihan ekosistem Bromo.  

Pertama, pemulihan secara alami khususnya untuk area savana atau padang rumput yang berada di kawasan tersebut. Kedua, rehabilitasi dengan melakukan penanaman pohon kembali. Ketiga, restorasi atau upaya mengembalikan unsur hayati.

"Untuk pohon-pohon asli di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seperti cemara gunung, kesek, tutup, pasang, yang terdampak kebakaran, itu kurang lebih diperkirakan membutuhkan waktu 3 sampai 5 tahun untuk pemulihan," kata Hendro  saat meninjau Blok Savana Lembah Watangan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, dikutip Sabtu (23/9).





Reporter: Andi M. Arief