Di DPR, Bahlil Ungkap Penyebab Kerusuhan Rempang hingga Gas Air Mata

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/rwa.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (2/10/2023). Rapat Kerja Komisi VI dengan Menteri Investasi dan Kepala BP Batam tersebut membahas tindak lanjut permasalahan lahan di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
2/10/2023, 15.49 WIB

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengakui proses awal realisasi investasi di Pulau Rempang memicu kericuhan. Konflik terkait realisasi investasi tersebut bahkan sampai menghadirkan gas air mata.

Bahlil menilai konflik tersebut disebabkan oleh miskomunikasi antara pemerintah dan masyarakat lokal di Rempang. Menurut Bahlil, warga menganggap kedatangan aparat ke Rempang sebagai tahap awal penggusuran dalam realisasi investasi di sana.

"Faktanya kami aparat yang ke sana belum melakukan pemindahan, tapi seolah-olah dilakukan seperti itu," kata Bahlil dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR, Senin (2/10).

Bahlil menjelaskan aparat yang dimaksud adalah kementerian teknis terkait tanah yang ingin melakukan pematokan dan pengukuran tanah. Dia menyampaikan, pematokan tersebut dibutuhkan untuk penentuan area Rempang yang akan digunakan sebagai realisasi investasi senilai US$ 11,56 miliar atau Rp 175 triliun.

Untuk diketahui, realisasi investasi yang dimaksud adalah pembangunan kawasan industri terintegrasi. Pada akhirnya, kawasan industri tersebut akan memproduksi kaca dan panel surya dari hulu hingga hilir.

Akan tetapi, kata Bahlil, masyarakat setempat justru menilai pematokan tersebut sebagai tindakan awal penggusuran. Oleh karena itu, masyarakat setempat merobohkan pohon di akses utama menuju Rempang untuk menghalang petugas pemerintah tersebut.

Setelah beberapa hari, Bahlil mengatakan aparat penegak hukum mendatangi lokasi perkara untuk memindahkan pohon tumbang tersebut pada 7 September 2023. Akan tetapi, Bahli mencatat kegiatan aparat direspon dengan perlawanan agar pohon tidak dipindahkan.

"Missnya di informasi itu, ditambah lagi dengan informasi-informasi yang belum tentu benar terkait realisasi investasi. Lahirlah gas air mata di pemindahan pohon itu," ujar Bahlil.

Bahlil pun menyampaikan bahwa aparat telah membebaskan delapan orang yang ditahan akibat kerusuhan tersebut. Namun Bahlil mengaku tidak membebaskan semua orang yang ditahan aparat. Menurutnya, orang yang tidak dibebaskan karena tidak mengikuti kode etik demonstrasi yang baik.

Sebelumnya, Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam Ariastuty Sirait mengungkapkan  kerusuhan terjadi karena adanya provokasi. Dia menyebut terdapat masyarakat yang mengatasnamakan warga Rempang terlebih dulu melemparkan batu dan botol kaca ke arah personel keamanan yang akan memasuki wilayah Jembatan 4 Barelang.  

"Informasi dari tim di lapangan, sudah ada beberapa oknum provokator yang ditangkap pihak kepolisian. Beberapa di antaranya bahkan didapati membawa parang,” ujar Ariastuty.  

Dia pun mengajak masyarakat Kota Batam untuk mengecek terlebih dulu informasi yang diterima sebelum menyebarkannya melalui media sosial. Ia menyebut BP Batam sebenarnya sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait rencana pengukuran tersebut.

Reporter: Andi M. Arief