Suara Kelompok Kritis Berpotensi Buat Pilpres Berlangsung Dua Putaran

ANTARA FOTO/Irfan Anshori/aww.
Petugas KPPS menyerahkan surat suara kepada seorang tahanan saat pemungutan suara Pemilu 2024 di Rutan Mapolres Blitar Kota, Jawa Timur, Rabu (14/2/2024).
Penulis: Ira Guslina Sufa
14/2/2024, 12.19 WIB

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar pemilihan presiden dan pemilihan legislatif secara serentak pada hari Ini, Rabu (14/2). KPU mencatat sebanyak 204,8 juta masyarakat yang tercatat di Daftar Pemilih Tetap (DPT) memiliki hak untuk memberikan suara dalam Pemilu 2024. 

Pengamat politik yang juga CEO PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan dinamika politik di pilpres 2024 masih sangat cair. Satu dari tiga pasangan calon yang bertarung yaitu Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo - Mahfud MD masih berpeluang untuk menang. Ia pun menilai pilpres 2024 berpotensi akan berlanjut ke putaran dua. 

“Saya percaya, masih terbuka kemungkinan untuk Pilpres dua putaran. Sekalipun, usaha untuk membuat Pilpres 2024 berjalan satu putaran, begitu massif, tak bermoral dan brutal,” ujar Eep dalam keterangan tertulis seperti dikutip Rabu (14/2). 

Menurut Eep potensi pemilu dua putaran terbuka lantaran ada peluang banyak pemilih yang biasanya tidak mencoblos atau biasa dikenal golput pada pemilu terdahulu akan ikut mencoblos tahun ini. Hal ini sebagai bentuk reaksi dan perlawanan kelas menengah yang lebih kritis dalam melihat dinamika politik yang berkembang. 

Gerakan pemilih kritis menurut Eep akan menguatkan gelombang gerakan 04 yaitu kelompok yang menolak memilih pasangan 02 Prabowo - Gibran dan hanya akan memilih pasangan 01 Anies - Muhaimin atau 03 Ganjar - Mahfud. 

“Merekalah yang diam-diam menjadi proponen Gerakan 04. Inilah silent voters — pemilih senyap — 2024,” ujar Eep. 

Merujuk pada pelaksanaan pilpres 2019 total suara sah di pilpres adalah 154 juta atau 80% dari total DPT 192 juta. Pada pilpres 2024 ia memperkirakan jumlah suarq sah akan naik menjadi 87% karena bangkitnya kesadaran kelompok kritis. 

Dalam perhitungan Eep, jika merujuk pilpres 2019 ada 80% suara sah maka jumlah pemilih tahun ini yang menggunakan suara adalah 163,8 juta.  Selanjutnya dengan perhitungan ada tambahan partisipasi sekitar 7%, maka jumlahnya adalah sekitar 14,3 juta. 

“Mereka inilah game changer, Insya Allah. Jumlah suara sah menjadi sekitar 178 juta,” ujar Eep lagi. 

Keampuhan munculnya sllent voters dari kelompok kritis di pilpres menurut Eep terlihat dari pelaksanaan pemilu Amerika Serikat pada 2016 saat Hillary Clinton dikalahkan Donald Trump. Menurut Eep saat itu semua lembaga survei salah dengan menyebut Hillary sebagai calon pemenang. Hanya survei LA Times yang membuat proyeksi yang tepat, bahwa Hillary lah yang kalah.

Untuk pilpres Indonesia kali ini Eep menyebut kemunculan kelompok kritis bisa mengubah konstelasi suara di putaran pertama. Meski beberapa lembaga survei menemukan pasangan 02 meraih suara di atas 50%, namun menurut Eep masih bisa berubah lantaran adanya deviasi dari 7% suara baru. 

“Berbasis pembesaran partisipasi (dalam Pilpres 2024 ini) menjadi 87%, persentase pemilih paslon yang disebut sudah di ataa 50%  bisa terkoreksi menjadi 47,8%. Maka jika proyeksi ini benar, Pilpres pun harus berlangsung dalam dua putaran,” ujar Eep. 

Selain itu ia menyebut bangkitnya para pemilih kritis di menit akhir pilpres merupakan perwujudan sikap perlawanan rakyat atas melemahnya praktik demokrasi. Sebelumnya beberapa hari sebelum pemilu gerakan menyuarakan pemilu demokratis makin kencang beredar. Salah satunya tercermin dari respon positif masyarakat atas munculnya film dokumenter Dirty Vote yang menyuarakan berbagai kecurangan menjelang pemilu.