Banjir yang mengepung Kota Semarang kian surut, namun beberapa wilayah masih terendam akibat hujan yang mengguyur sejak Rabu (13/3). Sebelumnya, dilaporkan banjir yang melanda kota ini tercatat bervariasi antara 20 hingga 70 centimeter (cm).
Selain banjir, hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi juga mengakibatkan tanah longsor di beberapa wilayah Kota Semarang. Mengutip Antara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang Endro Martanto mengatakan, tercatat ada 10 kejadian tanah longsor akibat cuaca buruk.
Kini, seiring dengan meredanya hujan, banjir di Kota Semarang perlahan surut. Dari 30 wilayah yang terdampak banjir, kini tersisa 17 wilayah. Namun, penanganan di beberapa wilayah yang terdampak, tergolong lambat. Sebab, ketinggian genangan di beberapa wilayah tersebut masih menyulitkan gerak BPBD.
"Banjir sudah mulai surut, tersisa 17 kelurahan yang masih terendam. Tapi, pendistribusian logistik masih terkendala, karena di beberapa wilayah hanya bisa menggunakan perahu. Kondisi terparah di Kelurahan Trimulyo, dengan ketinggian air mencapai 1 meter," kata Endro, dikutip dari Antara, Jumat (15/3).
Pengalihan Arus Lalu Lintas dan Kereta Api
Akibat banjir parah, jalan raya Kaligawe-Genuk yang menghubungkan Semarang dan Demak, lumpuh. Untuk menangani arus lalu lintas dan logistik, Satlantas Polrestabes Semarang melakukan pengalihan arus.
Kendaraan yang melaju dari arah Demak menuju Semarang, dialihkan ke pertigaan Genuk, menuju Jalan Waltermongonsidi, dan masuk ke Jalan Tol Gayamsari. Meski jalur ini juga tergenang, namun ketinggiannya tidak terlalu parah, sehingga dapat dilewati kendaraan.
Untuk jalur Pantura Mangkang, Kasat lantas Polrestabes Semarang, AKBP Yunaldi menjelaskan, pihaknya melakukan penanganan dengan mengalihkan kendaraan ke exit Tol Krapyak. Ini dilakukan untuk menghindari timbulnya kemacetan di Jalan Arteri Yos Sudarso.
Sementara untuk transportasi kereta, PT Kereta Api Indonesia (KAI) DAOP 4 Semarang menyatakan kondisi Stasiun Tawang berangsur normal, dan telah kembali melakukan pelayanan arus naik dan turun penumpang.
Meski demikian, perjalanan dari dan ke arah Jawa Timur masih terputus. Ini karena banjir masih menggenangi rel di petak antara Stasiun Tawang hingga Stasiun Alastua.
Manajer Humas KAI DAOP 4 Semarang Franoto Wibowo mengatakan, ketinggi genangan di jalur tersebut masih mencapai 20 cm. Sehingga kereta tidak dapat melintas.
"Ada empat rangkaian kereta arah timur yang dibatalkan keberangkatannya hari ini karena rel masih terendam banjir, yaitu KA Kedung Sepur, KA Banyubiru, KA Blora Jaya, dan KA Ambarawa Ekspres. Kereta tidak dijalankan karena rangkaian berada di Stasiun Semarang Poncol," ujarnya.
Selain itu, KAI DAOP 4 Semarang juga masih melakukan pengalihan perjalanan melalui jalur selatan. Kereta yang dialihkan melalui jalur selatan ini, utamanya kereta relasi Jakarta-Surabaya. Pengalihan dilakukan sampai banjir yang memutus jalur hingga Stasiun Alastua benar-benar surut.
Pengalihan jalur ini telah dilakukan sejak Semarang pertama kali terkepung banjir. Tercatat sebanyak 20 kereta lintas utara dialihkan perjalanannya melalui DAOP 5 Purwokerto yang berada di lintas selatan.
Beberapa kereta yang dialihkan, antara lain KA 3 Argo Bromo Anggrek, KA 4 Argo Bromo Anggrek, KA 76A-77F Pandalungan, KA 57 Brawijaya, KA 215 Majapahit, dan KA 126 Harina.
Selanjutnya, KA 127 Harina, KA 130 Gumarang, KA 129 Gumarang, KA 63 Sembrani, KA 219 Kertajaya, KA 131 Dharmawangsa, KA 216 Majapahit, KA 78F Pandalungan, KA 64 Sembrani, KA 108 Jayabaya, KA 109 Jayabaya, KA 111 Brantas, KA 233 Matarmaja, dan KA 220 Kertajaya.
Pengalihan perjalan juga dilakukan oleh DAOP 7 Madiun untuk kereta tujuan Semarang, Gundih dan Pekalongan. Sejumlah kereta di wilayah DAOP 7 Madiun yang terdampak banjir Semarang, yakni KA Brantas relasi Blitar-Pasar Senen melalui lintas selatan, dan KA Matarmaja relasi Malang-Pasar Senen yang melintasi DAOP 7 Madiun, juga mengalami pengalihan perjalanan melewati jalur selatan.
Pemprov Jawa Tengah Akan Lakukan Rekayasa Cuaca
Untuk mengantisipasi kemungkinan banjir semakin parah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah berencana melakukan rekayasa cuaca untuk untuk mengurangi curah hujan, khususnya Kota Semarang.
"Rekayasa cuaca akan dilakukan agar intensitas hujan di Jawa Tengah, khususnya Semarang ada pengalihan. Ini karena cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terjadi hingga sepekan ke depan," kata Penjabat Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana, Jumat (15/3), dilansir dari Antara.
Ia menjelaskan, Pemprov Jawa Tengah akan berkoordinasi dengan BNPB dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), untuk membahas kebutuhan akibat bencana di provinsi tersebut.
Ke depan Pemprov Jawa Tengah juga akan semakin ketat melakukan pengaturan penggunaan air tanah. Pasalnya, selain faktor cuaca, penurunan muka tanah ditenggarai juga menjadi salah satu pemicu bencana banjir di Kota Semarang. Menurut Nana, aturan penggunaan air tanah sudah ada, dan akan segera diterapkan.
Perkiraan cuaca ekstrem hingga sepekan mendatang sebelumnya telah disampaikan oleh Kepala Stasiun BPMG Kelas II Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo. Ia menjelaskan, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah ini, akan berlangsung hingga 18 Maret 2024.
Menurutnya, cuaca ekstrem ini diakibatkan adanya gangguan pada atmosfer. Berdasarkan hasil analisis BMKG, gangguan atmosfer yang terjadi di wilayah ini, antara lain gelombang equatorial rossby, gangguan atmosfer madden julian oscillation (MJO), bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia dan bibit siklon tropis 93P di Teluk Carpentaria, sekitar utara Australia.
"Kondisi ini yang mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah, yang kemudian menimbulkan banjir" kata Yoga, dikutip dari Kompas.com.