Amerika Serikat menunda penjualan ribuan senjata berpemandu presisi kepada Israel di tengah meningkatnya ketegangan di Jalur Gaza.
Berdasarkan laporan Wall Street Journal, Washington diperkirakan akan menjual 6.500 sistem JDAM (bom berpemandu) kepada Israel.
Di hari yang sama, Israel memulai operasi militer di Rafah bagian timur di Jalur Gaza selatan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan operasi militer tersebut akan mengganggu pengiriman bantuan kemanusiaan yang sedang berlangsung ke Gaza.
Israel mulai menyerang Rafah lewat serangan udara masif pada Senin (6/5) malam waktu setempat. Penyerangan ini terjadi beberapa jam setelah Israel meminta wartga Palestina yang tinggal di Rafah untuk mengungsi secepatnya.
“Serangan terjadi terus-menerus selama 30 menit terakhir,” ujar koresponden AFP di Rafah, dilansir Selasa (7/6).
Kelompok Hamas menyetujui gencatan senjata di Gaza usai perang tujuh bulan lamanya. Hal ini disampaikan Pemimpin Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, pada negara mediator yakni Qatar dan Mesir.
“Ismail Haniyeh menelepon Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, dan Menteri Intelijen Mesir, Abbas Kamel. Ia memberi tahu mereka bahwa Hamas menyetujui proposal kesepakatan gencatan senjata," kata Hamas dikutip dari AFP, Selasa (7/5).
Di sisi lain, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bilang proposal ini jauh dari tuntutan penting Israel. Mereka akan mengirim perwakilan untuk membicarakan keberatan ini hingga mencapai kata sepakat.
Para sandera Israel yang ditawan Hamas di Gaza juga menuntut supaya Israel memanfaatkan kesempatan ini untuk memulangkan mereka. Tercatat mereka sudah ditawan selama tujuh bulan terakhir.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed bin Mohammed Al-Ansari, mengatakan pembicaraan gencatan senjata ini bakal dilanjutkan pada Selasa (7/5) waktu setempat. Delegasi Qatar bakal berangkat ke Kairo, Mesir, pada Selasa pagi untuk melanjutkan negosiasi tidak alngsung antara Israel dan Hamas. Sebelumnya Hamas mengatakan pada mediator bahwa negosiasi ini bisa disebut memiliki hasil positif.
Sumber CNN menyebut proposal yang dimediasi Qatar dan Mesir ini setuju membebaskan 33 orang sandera Israel dan ratusan orang tawanan Palestina. Pada akhirnya, akan ada pembangunan ulang Gaza di tengah masa tenang yang berkelanjutan.
Perjanjian ini bakal dibagi ke dalam tiga fase, masing-masing 24 hari. Pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya, menyebut pada Al Jazeera bahwa perjanjian ini juga mencakup penarikan penuh Israel dari Gaza pada tahap kedua.