Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan potensi hujan yang disertai kilat atau petir pada Kamis (18/7). Merujuk laman resmi BMKG, potensi hujan petir terjadi di 11 provinsi di Indonesia.
Daerah yang berpotensi diterjang hujan disertai petir itu adalah Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Timur. Juga ada Provinsi Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat.
Selain hujan disertai petir, BMKG juga memprakirakan hujan lebat berpotensi terjadi di sejumlah provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, dan Papua. Ada pula peringatan mengenai potensi turunnya hujan yang disertai dampak seperti banjir di sejumlah daerah meliputi Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua.
Berikutnya, BMKG memprediksi angin kencang berpotensi terjadi di sejumlah daerah, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Fenomena La Nina
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, mengatakan musim kemarau tahun ini diprediksi akan lebih pendek imbas fenomena La Nina. Fenomena La Nina belum menunjukkan eksistensinya bulan ini, tetapi dampaknya sudah terasa.
"Kita sekarang merasakan langit sering mendung dan turun hujan gerimis," ujar Hermawan.
Fenomena La Nina adalah pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik. Selama La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik mengalami penurunan sebanyak 3 sampai 5 derajat Celcius dari suhu normal.
Suhu permukaan laut yang mendingin mengurangi pertumbuhan awan hujan di bagian timur dan tengah Samudera Pasifik, lalu meningkatkan curah hujan di wilayah khatulistiwa, terkhusus Indonesia. Eddy menuturkan fenomena La Nina kali ini diprediksi berlangsung hingga akhir Februari atau awal Maret 2025.
Menurutnya, kemunculan La Nina membuat puncak musim kemarau di Indonesia yang terjadi pada Agustus dan September 2024 cenderung basah. Dia mengingatkan berbagai dampak yang timbul akibat fenomena La Nina berupa limpahan air berlebihan ke lahan-lahan pertanian.
Eddy mengatakan jika lahan pertanian terendam banjir bisa mempengaruhi angka produksi pangan. Bahkan La Nina juga bisa membangkitkan awan-awan besar yang berpotensi mengganggu aktivitas penerbangan.