Temuan Amnesty International: Polri Impor Alat Sadap dari Israel via Singapura

Unsplash
Ilustrasi Cara Menyadap HP
23/7/2024, 14.21 WIB

Temuan Amnesty International Indonesia menunjukkan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengimpor alat sadap atau spyware dari Israel. Media and Campaign Manager Amnesty International Nurina Savitri memaparkan pembelian itu dilakukan melalui Singapura selaku broker atau perantara.

Temuan itu didapati Amnesty International Indonesia pada Juni 2024 lalu. Nurina kembali memaparkannya dalam diskusi publik bertajuk "Polisi 'superbody': Siapa yang mengawasi?", yang disiarkan di YouTube Amnesty International Indonesia, Senin (22/7). Konteks pembahasan awalnya adalah Revisi Undang-Undang Polri, khususnya pasal terkait penyadapan.

Dalam paparannya, Nurina mengungkapkan adanya transaksi yang dilakukan lembaga negara yakni Polri dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) berkaitan dengan penjualan spyware invasif dan teknologi pengawasan siber. Transaksi tersebut terjadi pada 2017-2023.

Ia mengungkapkan, transaksi itu berasal dari sejumlah negara yakni Yunani, Singapura, Malaysia dan Israel. Impor alat sadap dilakukan melalui singapura sebagai broker atau perantara.

Singapura, kata Nurina, memang tercatat memiliki riwayat menyuplai alat sadap ke lembaga negara di Indonesia. "Jadi, dua institusi ini, BSSN dan Polri itu belinya lewat broker," kata Nurina dalam paparannya.

Berdasarkan temuan Amnesty International Indonesia terdapat tiga alat sadap yang ditemukan dalam transaksi itu yakni FinFisher, Wintego System Ltd, dan Intellexa Consortium.

"Adanya server FinSpy, spyware milik FinFisher, yang sedang aktif di Indonesia dan ditemukan bahwa server tersebut berkaitan dengan BSSN," kata Nurina.

Wintego System Ltd adalah perusahaan pengawasan siber asal Israel yang domain berbahayanya ditemukan digunakan di Indonesia. Terdapat pula broker 'Ataka' yang menjadi perantara lantaran memasok Wintego di Singapura.

Polri bermitra dengan Ataka untuk memasok 'The Helios Android and Tactical Web Intelligence'. Kemudian kelompok perusahaan negara Eropa yang bernama Intellexa Consortium, merupakan yang memproduksi spyware invasif.

"Invasif itu artinya dia tidak cuma canggih (tapi) kita tidak akan sadar kalau sedang diintai," katanya.

Meski demikian, belum ada penjelasan resmi dari Polri soal dugaan impor alat sadap dari Israel. Hingga berita ini ditulis, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Sandi Nugroho belum membalas pertanyaan Katadata.co.id.

Reporter: Ade Rosman