Prabowo Ingin Pertemuan dengan Megawati Digelar Sebelum Pelantikan Presiden

ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) berpamitan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) usai menggelar pertemuan tertutup di Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Penulis: Ade Rosman
1/10/2024, 14.06 WIB

Presiden terpilih 2024 Prabowo Subianto berharap pertemuan dengan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri segera terjadi. Pertemuan dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu diyakini bakal mengubah dinamika politik Tanah Air. 

"Mudah-mudahan sebelum pelantikan," kata Prabowo di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/10). Merujuk jadwal Komisi Pemilihan Umum, pelantikan Prabowo sebagai presiden periode 2024-2029 akan digelar pada 20 Oktober 2024. 

Keinginan untuk bertemu dengan Megawati itu disampaikan Prabowo usai menghadiri agenda pelantikan anggota DPR, MPR, dan DPD 2024-2019. Ia hadir berbarengan dengan Presiden Joko Widodo.

Di sisi lain, adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo yang juga hadir dalam pelantikan anggota DPR mengatakan Ketua Umum Partai Gerindra itu telah menunggu lama untuk bertemu dengan Megawati. "Prabowo sudah menunggu dua tahun, dua tahun," kata Hashim. 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani juga telah menyampaikan rencana pertemuan antara Prabowo dan Megawati sudah disusun. Muzani mengatakan hal tersebut seusai MPR bertemu dengan Megawati menyangkut pencabutan TAP XXXIII/MPRS/1967. 

Sementara Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad bahkan mengatakan Gerindra bersama PDIP telah menentukan menu makanan yang akan dihidang dalam pertemuan. Adapun putri Megawati, Puan Maharani mengatakan pertemuan akan digelar di tempat yang asyik. 

Tentukan Arah Pemerintahan

Pertemuan antara Prabowo dan Megawati ditunggu publik karena akan berdampak pada jalannya pemerintahan, Pakar Politik Universitas Al Azhar Ujang Komarudin berpendapat bahwa bila pertemuan kedua tokoh digelar sebelum pelantikan presiden akan memiliki nilai strategis yang lebih besar dibandingkan jika terjadi setelah pelantikan. 

Menurut Ujang pertemuan sebelum pelantikan bisa menjadi penentu apakah PDIP akan bergabung dalam koalisi pemerintahan Prabowo. Pertemuan itu juga sekaligus berpengaruh terhadap penyusunan kabinet.

"Pertemuan sebelum pelantikan ini jadi tonggak penting. Punya nilai dan makna besar dibandingkan setelah pelantikan, karena dapat menentukan arah PDIP untuk masuk koalisi atau tidak," kata Ujang melalui pesan suara WhatsApp pada Jumat (27/9).

Sebaliknya, jika pertemuan baru terjadi setelah pelantikan, tatap muka Prabowo-Mega dianggap tidak punya makna signifikan. Pertemuan setelah pelantikan menurut Uang tidak bisa dilihat sebagai kode kuat PDIP bergabung ke koalisi Prabowo dan menjadi oposisi. 

Di sisi lain, Ujang berpendapat pertemuan Prabowo-Mega nantinya bisa memberikan dampak psikologis terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ini karena hubungan Jokowi dengan Megawati cenderung tidak akur sejak pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

"Secara psikologis kalau pertemuan Prabowo-Megawati terjadi, yang tidak enak hanya Jokowi saja. Karena memang hubungannya tidak baik dengan Megawati," kata Ujang.

Sementara itu Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, beranggapan rencana agenda pertemuan Prabowo dan Megawati merupakan indikasi PDIP bakal bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Arifki menilai masuknya PDIP ke pemerintahan Prabowo bakal menambah kekuatan politik pemerintah, terutama dalam politik parlemen.

Menurut Arifki, posisi PDIP sebagai pemenang pemilihan legislatif (Pileg) punya kekuatan dominan untuk menjadi oposisi kritis terhadap Prabowo nantinya. "PDIP pernah teruji sebagai oposisi yang kritis di era pemerintahan SBY. Tak menutup kemungkinan hal itu terjadi lagi di era Prabowo, jika PDIP memilih sikap sebagai oposisi total," kata Arifki melalui keterangan tertulis pada Jumat (27/9).

Arifki berpendapat pertemuan Prabowo-Megawati cenderung dapat terlaksana. Ini karena kedua tidak memiliki masalah pribadi. Selain itu, dua tokoh ketua partai politik ini pernah punya histori duet Mega-Pro di Pilpres 2009.



Reporter: Ade Rosman, Muhamad Fajar Riyandanu