Pakar Nilai Klaim PDIP Menang Pilkada 14 Provinsi Tak Ubah Peta Politik Nasional

ANTARA FOTO/Abdan Syakura/agr/aww.
Siluet jurnalis mengambil gambar suasana rapat pleno terbuka rekapitulasi penghitungan suara Pilkada 2024 di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (4/12/2024).
5/12/2024, 17.28 WIB

Sejumlah pakar politik menganggap klaim Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang meraih kemenangan di pemilihan kepala daerah (Pilkada)14 provinsi tak berpengaruh terhadap peta politik nasional. Direktur Trias Politika Strategis, Agung Baskoro mengatakan pemilihan gubernur (pilgub) tidak secara signifikan meningkatkan daya tawar dan posisi politik partai secara nasional. 

Agung menilai saat ini PDIP hanya mengantongi keunggulan di satu dari tujuh provinsi yang dianggap strategis. Adapun klaim kemenangan PDIP di 14 daerah menurut dia tak semuanya murni atas dasar unsur PDIP. 

Menurut Agung, kemenangan di 14 provinsi itu juga merupakan hasil koalisi dengan sejumlah partai politik termasuk dengan parpol anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Ia mencontohkan, kemenangan calon yang diusung PDIP di Bangka Belitung juga karena diusung oleh Golkar. 

“Apakah tepat diklaim sebagai kemenangan PDIP, tidak bisa kan? Artinya ada kerja sama koalisi di sana," kata Agung saat dihubungi lewat sambungan telepon pada Kamis (5/12).

Menurut data terbaru dari Jagasuara2024.org yang terakhir diperbaharui pada Rabu (4/12) pukul 16.50 WIB, pasangan yang diusung PDIP di Pilgub Bangka Belitung, Hidayat Arsani dan Heliana menang tipis dengan 50,78%. Pasangan ini tidak hanya didukung PDIP, tetapi juga Golkar, PPP dan PKS.

Lebih lanjut, Agung berpendapat ada tujuh provinsi yang menjadi salah satu indikator kemenangan pemilihan kepala daerah (pilkada) secara nasional karena punya jumlah populasi yang besar. Tujuh provinsi ini dianggap sebagai daerah yang punya nilai tawar elektoral tinggi.

Tujuh provinsi itu adalah Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Timur. "PDIP hanya menang di Jakarta, artinya skornya 6-1. Dari sini saja sudah terbaca," ujar Agung.

Sementara itu, Direktur Eksekutif The Strategic Research & Consulting (TSRC), Yayan Hidayat, menyampaikan bahwa kemenangan di tingkat eksekutif seperti pemilihan presiden hingga pemilihan calon Bupati/Walikota tidak dapat diklaim sebagai kekuatan politik satu partai politik tertentu.

Menurut Yayan, ada banyak faktor dan variabel yang mempengaruhi kemenangan. Satu di antaranya yakni perilaku pemilih dalam saat ini cenderung mengacu pada aspek kefiguran atau tokoh terhadap calon kepala daerah ketimbang aspek partai politik.

Senada dengan Agung, Yayan menyebut bahwa kemenangan pasangan calon (paslon) yang diusung PDIP dalam tiga pilgub di Aceh, Bengkulu, dan Jambi lebih disebabkan oleh aspek kefiguran daripada faktor partai.

"Faktanya pada Pemilu 2024 lalu, perolehan suara partai terbanyak di Aceh adalah Golkar, begitu pula seperti di Bengkulu dan Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasinya kemenangan pada pemilihan kepada daerah dengan kekuatan politik Partai," kata Yayan lewat pesan singkat WhatsApp pada Kamis (5/12).

Jagasuara2024.org mencatat kader PDIP meraih hasil positif di Pilgub Jakarta, Riau, Kalimantan Barat, Bali, Papua dan Papua Selatan. Selain itu, PDIP juga meraih hasil positif di lima provinsi lainnya seperti Aceh, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, dan Papua Barat. Yang menjadi pembeda, PDIP menuai kemenangan di lima daerah tersebut melalui kolaborasi dengan KIM Plus.

Koalisi Cair 

Yayan mengatakan, kolaborasi PDIP dan KIM Plus di luar pulau Jawa dapat dibaca sebagai koalisi yang lebih cair dan pragmatis. Hal Ini seiring dengan fenomena perubahan parpol yang punya kepentingan jangka pendek dan transaksional, serta tak lagi mengedepankan aspek ideologi sebagai landasan dalam pembentukan koalisi.

"Hal ini yang menyebabkan tidak ada hubungannya kontestasi di tingkat nasional antara PDIP dan KIM Plus dengan koalisi di tingkat daerah," ujar Yayan.

Dia berpendapat eskalasi politik di Aceh, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, dan Papua Barat berbeda dengan kondisi di Jakarta, Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur yang membuat PDIP dan KIM Plus sama-sama punya kepentingan untuk mempertahankan eksistensinya. "Karena daerah tersebut merupakan kunci penentu kemenangan di tingkat nasional," kata Yayan.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan partainya meraih kemenangan cukup signifikan di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Hasil itu menurut Hasto didapat dari rekapitulasi yang dilakukan dengan menggunakan data formulir C1.

"Terkait dengan perolehan suara secara keseluruhan, dari 37 provinsi PDI Perjuangan berhasil memenangkan di 14 provinsi," kata Hasto dalam konferensi pers di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (4/12).

Sementara itu, untuk di tingkat kabupaten/kota, Hasto menyebut PDIP unggul di 247 dari 580 kabupaten dan kota yang melaksanakan Pilkada.
 




Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu