Respons BGN soal MBG Picu Lonjakan Harga Telur dan Daging Ayam

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/YU
Petugas Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) menata nasi pada tempat makanan saat uji coba membuat menu sego wiwit Makan Bergizi Gratis (MBG) di SPPG Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) Polres Klaten, Jawa Tengah, Jumat (7/11/2025).
Penulis: Ade Rosman
12/11/2025, 20.40 WIB

Program Makan Bergizi Gratis alias MBG disebut memicu lonjakan harga telur dan daging ayam ras, menurut data Badan Pusat Statistik atau BPS. Kepala Badan Gizi Naional atau BGN Dadan Hindayana pun mendorong agar ahli untuk menyusun menu agar bahan bakunya bervariasi.

“Ahli bisa lebih variatif menyusun menu agar tidak bertumpu pada satu atau 2 sumber bahan baku,” kata Dadan saat dihubungi Katadata.co.id, Rabu (12/11).

Ia memperkirakan kebutuhan rantai pasok semakin besar dalam beberapa waktu ke depan. Ia berharap hal ini dapat mendorong produksi lokal dan produktivitas wilayah. 

“Semoga bisa mendorong produksi lokal dan produktivitas wilayah. Nilai tukar petani bisa tambah membaik,” kata dia.

Sebelumnya, BPS mencatat inflasi pada Oktober mencapai 2,86% secara tahunan alias year on year (yoy). Beberapa komoditas yang memberikan andil terbesar, yakni beras, cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, telur ayam ras, dan lainnya. 

“Pelaksanaan program MBG yang telah berlangsung selama beberapa bulan, turut mendorong lonjakan permintaan terhadap telur ayam ras dan daging ayam ras,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers di Jakarta, pekan lalu l(3/11). 

Ia mengatakan inflasi komoditas telur ayam ras pada periode itu tercatat 4,43%. Inflasi daging ayam ras 1,13%. “Keduanya merupakan komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi pada Oktober,” ujarnya.

BPS juga melihat adanya kenaikan permintaan telur ayam dan daging ayam dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi alias SPPG program MBG, yang berasal dari pasar, pengecer, dan pedagang besar. 

"Jadi diduga ini menjadi salah satu indikasi naiknya permintaan telur dan daging ayam ras,” kata dia.

Tak hanya itu, Pudji mengatakan inflasi telur ayam ras dan daging ayam ras didorong oleh adanya peningkatan komponen biaya produksi daging ayam ras. Selain itu, kenaikan harga ayam hidup dan jagung pakan di beberapa wilayah juga turut berkontribusi

BPS tidak menghitung besaran inflasi spesifik untuk program MBG. “Wilayah yang mengalami inflasi karena program MBG ini juga tidak bisa secara spesifik terlihat,” ujar Pudji.

Serapan Anggaran BGN untuk Program MBG

BGN menggelar rapat bersama Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada harinini (12/11). Dalam rapat itu, Dadan mengatakan serapan anggaran untuk program MBG sebesar Rp 43 triliun dari pagu Rp 71 triliun.

Dadan mengatakan BGN memerlukan tambahan anggaran Rp 29,5 triliun untuk mepopang program MBG hingga akhir tahun, dengan rincian sebagai berikut:

  • Rp 8,5 triliun untuk akhir November
  • Rp 10 triliun untuk awal Desember
  • Rp 11 triliun di akhir Desember

"Total kebutuhan anggaran kami, tambahan yang sedang diajukan ke Kementerian Keuangan Rp 28,63 triliun. Jadi ke BGN diprediksi menyerap 99% dana Rp 71 triliun," kata Dadan saat paparan.

"Kemudian ditambah Rp 28,63 triliun, sehingga kaminmembutuhkan anggaran kurang lebih Rp 99 triliun sepanjang tahun ini," Dadan menambahkan.

Dihubungi terpisah, Wakil Kepala BGN Nanik Sudaryati Deyang mengatakan instansi optimistis anggaran cukup untuk memenuhi bahan baku program MBG.

“Selama ini harga saat ini, seperti Lebaran. Insha Allah anggaran masih cukup untuk bahan baku,” kata Nanik kepada Katadata.co.id, Rabu (12/11). 

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Ade Rosman