Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun memprediksi harga ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) pada 2019 lebih tinggi dibanding 2018. Kenaikan harga sawit antara lain meningkatnya permintaan pasar.
Derom memperkirakan, harga CPO masih akan berfluktuasi tahun ini. "Harga CPO akan naik minimal hingga Mei," ujar Derom Bangun di Medan, Sumatera Utara, Selasa (29/1).
(Baca: Harga Biodiesel Februari 2019 Terdongkrak Minyak Sawit )
Namun setelah membaik pada Mei 2019, harga CPO diprediksi kembali turun per Juni hingga September akibat beberapa faktor termasuk musim panen.
Meski demikian, harga CPO diperkirakan naik lagi pada Oktober - November. "Mengacu pada kondisi saat ini, harga CPO pada 2019 diprediksi bisa rata-rata bisa di atas US$ 530 per metrik ton, tumbuh dari tahun lalu yang mencapai harga US$ 500 dolar per metrik ton," ujarnya.
Derom menjelaskan, kenaikan harga ekspor CPO dipicu dua faktor. Pertama permintaan naik dan kedua akibat produksi sedang turun.
Harga ekspor CPO pekan lalu, misalnya mulai bergerak ke angka US$ 540 per metrik ton, sedikit meningkat dibanding periode September-Oktober 2018 yang mencetak rata-rata harga di bawah US$ 500 per metrik ton.
Derom mengakui, harga CPO memang mulai bergerak naik sejak November 2018 akibat permintaan yang mulai meningkat seiring besarnya kebutuhan. Sementara sebelumnya, permintaan CPO relatif sepi peminat akibat banyak stok.
Sepanjang 2019 p roduksi CPO nasional diperkirakan sekitar 44 juta ton, tumbuh 10% dari 40 juta ton pada 2018.
(Baca: Gapki: Volume Ekspor Sawit 32,02 Juta Ton Sepanjang 2018)
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan volume ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan turunannya sepanjang 2018 mencapai 32,02 juta ton, naik tipis 3,1% dari realisasi 2017 sebesar 31,05 juta ton. Namun, penurunan harga sawit menjadikan penjualan sawit secara nominal merosot.
Sekretaris Jenderal Gapki Kanya Lakhsmi Sidarta menyatakan sepanjang tahun lalu, permintaan global masih tumbuh meski tidak signifikan. "Harga sangat mempengaruhi penjualan karena nilainya turun," kata Lakhsmi kepada Katadata.co.id, Kamis (24/1).
Penurunan harga sawit juga menyebabkan nilai ekspor pada tahun lalu ikut anjlok. Data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor CPO tahun lalu sebesar US$ 17,89 miliar, turun 12,02% dibandingkan capaian pada 2017 sebesar US$ 20,34 miliar.
Sementara Gapki mencatat, ekspor sawit CPO sebagai bahan baku pada tahun lalu berkontribusi sebesar 22%, oleochemical 3%, biodiesel 1%. Sehingga, ekspor 74% lainnya dalam bentuk minyak kelapa sawit olahan.