Bulog Salurkan 75 ribu Ton Jagung Impor untuk Peternak

ANTARA FOTO/Hanung Hambara
Dua petani memanen jagung di Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (4/1). Kementerian Pertanian bersama Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) menargetkan tahun 2017 Indonesia dapat mewujudkan swasembada jagung sebesar 3,5 juta ton.
Penulis: Ekarina
25/1/2019, 19.06 WIB

Perum Bulog kembali mendistribusikan sebanyak 75 ribu ton jagung impor untuk sejumlah peternakan ayam di Jawa Timur. Jagung impor rencananya akan dijual seharga Rp4 ribu per kilogram kepada peternak. 

Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar Utomo mengatakan jagung asal Brazil telah tiba di Indonesia melalui sejumlah pelabuhan. "Sebanyak 75 ribu ton jagung impor sudah tiba, di antaranya melalui Pelabuhan Ciwandan, Banten, sebanyak 13 ribu ton, serta 62 ribu ton di Teriminal Teluk Lamong, Surabaya," kata Bachtiar di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (25/1).

(Baca: Bulog Masih Tunggu Izin Tambahan Impor Jagung 30 Ribu Ton)

Prioritas penyaluran jagung impor untuk peternak di Jawa Timur dipertimbangkan karena salah satu basis peternak ayam terbesar berada di Blitar. Namun, jagung impor itu nantinya juga akan  didistribusikan untuk para peternak di Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

"Jagung impor ini kami distribusikan kepada peternak ayam untuk menjaga agar harga daging ayam dan telur di pasaran tetap stabil. Harga daging ayam sampai sekarang masih stabil di kisaran Rp30 ribu per kilogram. Begitu juga harga telur masih stabil Rp18 ribu per kilogram," ujarnya.

Bachtiar mengungkapkan ketersediaan dan kebutuhan jagung nasional sangat mencukupi dari hasil tanam petani lokal yang rata-rata menghasilkan di atas 20 puluh juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan jagung nasional sekitar 12 juta ton per tahun.

"Tahun lalu kami mengekspor 300 ribu ton lebih, yang artinya produksi jagung dari petani lokal sebenarnya berlimpah. Sekarang pemerintah menyatakan perlu impor karena memasuki musim hujan memaksa masa tanam jagung mundur dan beberapa petani diketahui gagal panen," ujarnya.

(Baca: Antisipasi Paceklik dan Impor, Bulog Diminta Serap Jagung Petani)

Pada Desember 2018, pemerintah sudah menugaskan Perum Bulog untuk mengimpor 100 ribu ton jagung yang diputuskan melalui Rapat Koodinasi Terbatas (Rakortas) di Kemenko Perekonomian.

Namun, pada 2 Januari 2019  Rakortas kembali memutuskan mengeluarkan izin impor jagung pakan sebanyak 30 ribu ton. Melalui penambahan impor jagung itu maka secara keseluruhan impor jagung mencapai 130 ribu ton.

Kenaikan harga jagung menjadi salah satu perhatian serius pemerintah. Sebab, naiknya harga jagung bisa turut berdampak pada kenaikan harga pakan ternak dan berimbas pada kenaikan harga komoditas lainnya, seperti daging ayam yang naik Rp 1.000 menjadi Rp 32.000 per kilogram. Harga telur juga naik sejak November hingga awal Desember lalu, bahkan sempat mencapai Rp 25.000 per kilogram.

(Baca: Produktivitas Jagung Indonesia Tertinggal dari Thailand dan Tiongkok)

Tak hanya itu, pemerintah juga meminta Perum Bulog untuk memaksimalkan penyerapan jagung petani untuk menghindari potensi impor pada musim paceklik.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan Bulog diminta menyerap jagung pada musim panen pada Februari, Maret, dan April. " Sebagai langkah antisipasi, Bulog akan menyerap jagung pada masa panen puncak untuk dijadikan stok ketika masuk masa paceklik pada Oktober," kata Amran di Jakarta, Selasa (22/1).

Namun, ini baru pembahasan awal sehingga pemerintah belum menentukan target volume jagung petani yang wajib diserap Bulog. Kementerian Pertanian telah menyiapkan 900 ribu unit pengering untuk memperbaiki kualitas jagung panen yang basah.

Reporter: Antara