Antisipasi Paceklik dan Impor, Bulog Diminta Serap Jagung Petani
Pemerintah meminta Perum Bulog untuk memaksimalkan penyerapan jagung petani untuk menghindari potensi impor pada musim paceklik. Keputusan itu berdasarkan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyatakan Bulog diminta menyerap jagung pada musim panen pada Februari, Maret, dan April. " Sebagai langkah antisipasi, Bulog akan menyerap jagung pada masa panen puncak untuk dijadikan stok ketika masuk masa paceklik pada Oktober," kata Amran di Jakarta, Selasa (22/1).
(Baca: Masa Panen, Mentan Klaim Akan Kembali Ekspor Jagung)
Namun, ini baru pembahasan awal sehingga pemerintah belum menentukan target volume jagung petani yang wajib diserap Bulog. Kementerian Pertanian telah menyiapkan 900 ribu unit pengering untuk memperbaiki kualitas jagung panen yang basah.
Kementerian Pertanian mencatat, pada 2018 produksi jagung mencapai 30,05 juta ton, dengan angka kebutuhan mencapai 15,58 juta ton. Sementara itu, produksi tertinggi tercatat pada Februari dan Maret dengan capaian 4,2 juta ton dan 3,3 juta ton. Pada bulan lain, produksi hanya berkisar antara 1,8 juta ton sampai 2,2 juta ton per bulan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menjelaskan pihaknya mendukung pembelian jagung dari petani pada panen raya. Penugasan untuk Bulog juga dipastikan akan dilakukan, meski volume target penyerapan belum jelas.