Kementan Minta Petani Manfaatkan Pelemahan Rupiah untuk Tanam Kedelai

Antara Foto / Raisan Al Farisi
Seorang pekerja sedang melakukan proses pembuatan tempe. Tingginya nilai tukar dolar berpotensi menyebabkan harga kedelai sebagai bahan baku tempe naik.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
2/10/2018, 20.39 WIB

Kementerian Pertanian mendorong petani untuk meningkatkan produksi kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri di tengah kondisi nilai tukar rupiah yang terus melamah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)  hingga menembus Rp 15.000 pada perdagangan Selasa (2/9).

Mayoritas pasokan kedelai saat ini masih berasal dari impor. Karenanya petani diharapkan bisa memanfatkan momentum pelemahan rupiah untuk mensubtitusi pasokan kedelai impor dengan produksi lokal.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Gatot Irianto menyatakan produksi kedelai lokal semestinya menjadi pemasok utama konsumen dalam negeri. "Mudah-mudahan kenaikan dolar AS menjadi insentif bagi petani untuk mengembangkan kedelai," kata Gatot di Jakarta, Senin (1/10).

(Baca : Konsumsi Tempe Turun, Impor Kedelai Menyusut)

Gatot menyebutkan produksi kedelai tahun ini diprediksi mencapai sebesar 982.598 ton, naik hampir 40% dibandingkan tahun lalu yang hanya 538.728 ton. 

Catatan Kementerian Pertanian, konsumsi kedelai tahun ini mencapai 2,8 juta ton. "Semoga kita bisa swasembada untuk terus melanjutkan tren impor menjadi ekspor," ujar Gatot.

Dia juga menyebutkan pihaknya terus berusaha untuk mengembangkan areal tanam baru komoditas kedelai. Tahun lalu, luas tanam kedelai hanya 355.799 hektare dan diperkirakan berkembang hampir dua kali lipat menjadi 680.373 hektare pada 2018.

Halaman:
Reporter: Michael Reily