Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat daya beli petani turun tipis pada periode Juli 2018. Hal tersebut terindikasi dari Nilai Tukar Petani (NTP) periode Juli 2018 sebesar 101,66 atau turun 0,37% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 102,04.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan penurunan NTP terjadi karena kenaikan indeks harga yang diterima petani lebih kecil dibandingkan kenaikan harga yang dibayar petani untuk dikonsumsi oleh rumah tangga maupun keperluan produksi pertanian.
"NTP yang turun subsektor tanaman pangan, turun tipis karena kenaikan indeks yang diterima petani lebih kecil," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (1/8).
Secara rinci, penurunan NTP pada subsektor tanaman pangan tercatat 0,62%. Sementara subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,88%, dan subsektor perikanan sebsar 0,33%. Di sisi lain, NTP subsektor hortikultura dan peternakan mengalami kenaikan sebesar 0,41% dan 0,77%.
(Baca : Harga Gabah Petani Turun, BPS Sebut Beras Impor Disimpan di Gudang)
NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk kebutuhan produksi.
Dengan demikian, NTP membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula kemampuan atau daya beli petani.
Di sisi lain, BPS mencatat terdapat sebanyak 1.828 transaksi penjualan gabah di 31 provinsi selama Juli 2018. Dari angka tersebut, 70,24% merupakan transaksi gabah kering panen (GKP), sedangkan 18,24% lainnya transaksi gabah kualitas rendah dan gabah kering giling (GKG) 11,22 %.
BPS juga mencatat rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) per kilogram di tingkat petani turun 0,38% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 4.663 dan di tingkat penggilingan turun 0,48% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 4.716.
Sementara untuk rata-rata harga Gabah Kering Giling (GKG) per kilogram di tingkat petani turun 2,88% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 5.206 dan di tingkat penggilingan turun 2,84% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi Rp 5.313.
(Baca juga: 261 Ribu Ton Beras Impor Siap Penuhi Gudang Bulog)
Kemudian, rata-rata harga GKP dan Gabah Kualitas Rendah mengalami kenaikan masing-masing 3,35% dan 8,98%, sedangkan GKG mengalami penurunan 4,60%. Demikian juga di tingkat penggilingan, rata-rata harga GKP dan gabah kualitas rendah mengalami kenaikan masing-masing 3,19% dan 9,33% sedangkan GKG turun 4,25%.
Kenaikan harga gabah pada Juli 2018 juga diikuti dengan kenaikan harga beras. Rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan tercatat sebesar Rp9.520 per kg, naik sekitar 0,44% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara rata-rata harga beras kualitas medium di penggilingan per Juli lalu tercatat sebesar Rp9.198 per kg, naik 0,68% dari bulan sebelumnya. Adapun untuk harga rata-rata beras kualitas rendah di penggilingan sebesar Rp9.015 per kg, naik sebesar 0,82%.
Sedangkan jika dibandingkan dengan Juli 2017, rata-rata harga beras di penggilingan pada Juli 2018 semua kualitas mengalami kenaikan. Beras kualitas premium naik sebesar 1,45%, kualitas medium sebesar 5,19%, dan kualitas rendah sebesar 7,86%.