Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyatakan hasil produksi benih jagung hibrida dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) dan produsen domestik belum mencapai target maksimum. Saat ini, benih tersebut baru menghasilkan tiga hingga lima ton jagung per hektare.
Padahal, produksi benih jagung hibrida yang dipatok dalam program upaya khusus (Upsus) berpotensi mencapai 8,27 sampai 13,6 ton per hektare. Angka-angka tersebut terkuak dalam penelitian yang dilakukan di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sumenep, Madura.
Selain produktivitas, bobot produksinya pun tidak memenuhi standar. “Perlu peningkatan kapasitas dan teknik budidaya yang baik,” kata Peneliti CIPS Imelda Freddy di Jakarta, Selasa (24/7). (Baca juga: Bantuan Benih Jagung ke Petani Dituding Tidak Tepat Sasaran).
Untuk diketahui, program Upsus mewajibkan pemerintah menyediakan kuota sebesar 65 persen benih jagung. Sisanya sebesar 35 persen berasal dari perusahaan swasta produsen benih jagung. Dari jumlah itu, CIPS mengungkapkan benih dari pemerintah tidak mencapai level produksi optimal. Sementara penangkar benihnya tidak memiliki kualifikasi sehingga kualitas produksi rendah.
Pada beberapa kasus, benih bahkan mengeluarkan bau tidak sedap, serta terbalut jamur dan kutu. Terlebih, distribusinya juga sering terlambat hingga bisa mencapai sebulan, meski gratis. (Lihat pula: Mentan Tolak Tawaran Impor Jagung dari Rusia).
Data Kementerian Pertanian menunjukkan produksi jagung pada 2017 sebesar 27,9 juta ton. Sementara itu, data Organisation for Economic Co-operation Development dan Food Agriculture Organization menyebutkan produksi jagung Indonesia hanya 20 juta ton. Sementara kebutuhan nasional hingga 23 juta ton.
CIPS pun meminta kuota benih sebesar 65 persen pemerintah dihapuskan dari program Upsus. “Petani biasanya sudah memiliki pilihan benih tersendiri dari perusahaan yang berpartisipasi dalam kuota 35 persen,” ujar Imelda.
Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto menjelaskan bahwa produktivitas benih jagung memang baru 7 hingga 8 ton per hektare, belum mencapai 10 ton per hektare. Namun, Kementerian Pertanian tengah memprakarsai benih yang lebih produktif.
Targetnya, produktivitas jagung bisa mencapai 10 hingga 11 ton per hektare. “Kami sedang melakukan exercise supaya bisa menanam 100 ribu sampai 110 ribu batang per hektare,” kata Gatot. (Baca juga: Harga dan Mutu, Alasan Pelaku Industri Memilih Jagung Impor).
Proyeksi Kementerian Pertanian, produksi tahun 2018 mencapai 26,2 juta ton per hektare dengan pertumbuhan mencapai 5 persen. Namun, angka produksi tahun 2017 menurut Kementerian Pertanian telah melewati target yang hanya 24,8 juta ton.