Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan peluncuran data produksi padi melalui metode Kerangka Sampel Area (KSA) masih melakukan pengumpulan data produktivitas. Penghitungan data tersebut nantinya akan menjadi salah satu cara pemerintah untuk mengkalkulasi potensi panen dalam tiga bulan ke depan.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan pihaknya masih melakukan proses pengumpulan data yang diperkirakan rampung pada Agustus mendatang. “Perlu waktu sedikit lagi untuk pengumpulan,” kata dia di Jakarta, Kamis (24/5).
Suhariyanto mengatakan, secara teknis pengukuran produktivitas dilakukan dengan cara mengumpulkan data ubinan sawah berukuran 2,5 meter dikali 2,5 meter. Setelah berhasil diukur, hasil panen setiap petak ubin bakal ditimbang. Data produktivitas itulah yang nantinya bakal dikalikan dengan luas panen yang hasilnya digunakan menjadi data produksi.
(Baca : Mulai Agustus 2018, BPS Pantau Produksi Tanaman Pangan Lewat Satelit)
Dia juga mengungkapkan bahwa pihaknya sebetulnya telah menyelesaikan pembaruan data produksi dengan periode pengukuran dari Januari hingga April 2018. Namun begitu, butuh data produksi yang lebih detail agar potensi padi bisa dihitung secara tepat.
Metode KSA diukur pada 198 ribu titik sawah pada peta daerah produsen padi. Setelah diukur, akan ada pengecekan oleh petugas pada setiap titik guna mengetahui berhasil atau gagalnya kegiatan panen.
(Baca Juga: Bulog Gandeng BPS untuk Sediakan Data Produksi dan Harga Pangan)
Ke depan, BPS juga akan melakukan perhitungan data stok, selain pengumpulan data harga. “Kami akan lakukan tapi tidak dalam waktu dekat,” ujarnya.
Ketiga data yang dirilis BPS nantinya diharapkan nantinya akan menjadi data tunggal komoditas pangan khususnya beras. Pasalnya, selama ini, perbedaan data pangan telah menjadi penyebab perdebatan antarkementerian terutama yang terkait kebijakan impor beras.