Harga Gabah Turun, Petani Minta HPP Ditinjau Ulang

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Buruh tani membawa gabah usai panen di salah satu kawasan lumbung padi di Desa Paron, Ngawi, Jawa Timur, Jumat (10/3). Pemerintah melalui Kementerian Pertanian berupaya mengejar produksi gabah nasional pada tahun 2017 yang ditargetkan mencapai 78 juta ton
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
29/1/2018, 17.30 WIB

Serikat Petani Indonesia (SPI) meminta pemerintah untuk meninjau ulang Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Pasalnya, menjelang panen raya, harga gabah sudah mulai turun.

Ketua Umum SPI Henry Saragih menyatakan panen raya telah turun dalam kisaran hingga Rp 1.000 per kilogram. “Mungkin 1 bulan lagi akan terjun bebas menjadi Rp 3500 bahkan sampai Rp 3000,” kata Henry kepada Katadata, Senin (29/1).

Henry menyebutkan, di Jawa Timur, harga gabah sekitar Rp 4.700 setelah sempat mencapai Rp 6.000. Sedangkan, secara rata-rata, SPI mencatat harga gabah dengan penggunaan teknologi manual sekitar Rp 5 ribu.

Untuk menghindari anjloknya harga jual gabah, Henry meminta agar impor dibatalkan. Dia juga memerintah agar pemerintah menetapkan HPP yang baru. Menurutnya, HPP gabah harusnya berada di kisaran Rp 5 ribu. “HPP yang ada sekarang sudah tak relevan lagi,” ujarnya.

Kementerian Pertanian juga mengungkapkan ketersediaan beras nasional pada musim panen raya adalah 2,8 juta ton pada Januari, 5,4 juta ton pada Februari, dan 7,4 juta ton pada Maret. Klaim itu dihitung berdasarkan berdasarkan proyeksi luas panen Januari seluas 854 ribu hektare, Februari sebesar 1,6 juta hektare, dan Maret sebesar 2,25 juta hektare.

Halaman:
Reporter: Michael Reily