Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak pengusaha-pengusaha sektor pertanian besar agar mau memperluas usahanya ke komoditas perkebunan lain. Salah satunya Grup Sinarmas yang memiliki perkebunan terbesar di Indonesia. Dia ingin Sinarmas tidak hanya menggarap usaha perkebunan sawit.
Jokowi pun berpesan kepada CEO Sinar Mas Agribusiness and Food yakni Franky Oesman Widjaja untuk mulai menggarap usaha perkebunan lainnya. "Pak Franky, lahan jangan ditanami sawit terus. Masih ada kakao, kopi, dan lada," ujarnya saat dalam penutupan Rapat Koordinasi Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Jakarta, Selasa (3/10).
Menurutnya, sudah saatnya para pengusaha sekarang mulai menyadari pertumbuhan kelas menengah di Indonesia.Salah satu caranya dengan mulai fokus kepada komoditas penopang gaya hidup masyarakat. Dia memberikan contoh komoditas ini diantaranya tanaman kopi dan kakao yang banyak dikonsumsi masyarakat. Kemudian rempah, karena bisnis kuliner yang mulai marak saat ini.
Bukan tanpa sebab Jokowi menyebutkan tanaman kopi. Dia mengungkapkan Indonesia saat ini masih berada pada peringkat empat untuk urusan produksi kopi setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Sedangkan produksi kopi peringkat satu yakni Brasil hanya 3,8 juta ton. Jokowi optimistis angka produksi kopi Brasil masih bisa dikejar oleh Indonesia.
(Baca: Konsumsi Kopi Naik Tajam, Produksinya Stagnan)
Peluang tanaman kopi di Indonesia sangat besar, karena komoditas pertanian ini bisa tumbuh di mana saja. Kopi Indonesia memiliki kekhasan sendiri dan berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya kopi Gayo di Aceh, Mandailing di Sumatera Utara, Lampung, Toraja, Papua, dan lain-lain.
Di sisi lain pertumbuhan warung kopi di Indonesia sangat cepat. Ini membuat permintaan kopi di dalam negeri dapat tumbuh hingga 20%. Adapun dari aspek kualitas masih banyak perbaikan industri kopi yang dapat diperbaiki dan menjadi peluang bagi pengusaha besar.
"Ini baru kopi, belum kakao, kelapa, vanilla, serta lada," ujarnya. "Kita punya potensi, punya kekuatan. UKM kita punya, pengusaha besar kita punya. Jangan sampai negara tetangga kita justru yang menggarap dan jadi saingan kita."