Kementerian Perhubungan berniat mengkaji tarif tiket pesawat. Alasannya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat biaya yang harus dikeluarkan maskapai penerbangan meningkat.
Rata-rata biaya penerbangan seperti harga bahan bakar (avtur) dan sewa pesawat mengacu pada dolar AS. Apabila dolar terus menguat, pastinya akan berdampak komponen biaya tersebut.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus Santoso mengatakan jika dalam beberapa bulan ini kenaikan harga avtur cukup besar, maka pihaknya akan mengkaji tarif tiket pesawat terbang. Menurutnya, pelemahan rupiah yang terjadi sekarang, belum berdampak besar pada tarif tiket.
"Kami akan lihat, jika dalam 3 bulan (harga avtur) capai 10 persen, akan kami tentukan dan kaji tarif," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (21/5).
Nilai tukar rupiah hari ini sudah menembus level 14.203 per dolar AS, melemah 0,33 persen dari level penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Bahkan, beberapa bank sudah ada yang menetapkan kurs jual di atas Rp 14.300 per dolar AS. Terdapat tiga faktor yang disebut-sebut sebagai penyebab utama kuatnya tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
(Baca: Kurs Rupiah Tembus 14.200 per Dolar AS, Ini Tiga Penyebabnya)
Tim Ekonom BCA menyebut salah satu hal yang menyebabkan tekanan terus melanda rupiah adalah kenaikan harga minyak dunia. Selain itu, ada pula kenaikan bunga acuan AS, serta melemahnya pertumbuhan ekspor dalam beberapa bulan ini sebagai musabab melemahnya rupiah. Sejak awal tahun hingga hari ini, nilai tukar rupiah telah melemah 4,77 persen terhadap dolar AS.
Meski mengaku belum khawatir, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Perkasa Roeslani meminta pemerintah dan Bank Indonesia (BI) kembali mengambil langkah cepat lain setelah menaikkan tingkat suku bunga acuan 0,25 poin. Langkah ini harus segera dilakukan, mengingat Bank Sentral AS berencana menaikkan suku bunganya lagi.
"Pemerintah harus bertindak cepat, The Fed juga akan menaikkan lagi suku bunganya," katanya akhir pekan lalu. Dia juga mengatakan para pengusaha telah siap apabila BI kembali menaikkan suku bunga 7-days repo rate sebesar 25 basis poin lagi.
Sedangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak Maret lalu mengingatkan jajarannya agar waspada terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Hal ini dapat mempengaruhi perekonomian dan daya saing Indonesia. Dia juga meminta Kabinet Kerja mewaspadai dinamika tingkat suku bunga bank sentral negara lain, pergerakan harga komoditas, hingga arus modal masuk dan keluar.
"Ini harus betul-betul diantisipasi," kata Jokowi.