Pendapatan Naik, Kerugian Garuda Kuartal I Susut Jadi Rp 896 Miliar

ANTARA FOTO/Fajrin Raharjo
Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Pahala Nugraha Mansury berpose usai memberikan keterangan kepada wartawan di kantor Garuda City Center, Tangerang, Banten, Rabu (12/4).
3/5/2018, 19.45 WIB

Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia masih mencatat kerugian sebesar US$ 64,3 juta atau sekitar Rp 896,2 miliar pada kuartal I-2018. Erupsi Gunung Agung sepanjang Januari hingga Februari lalu menjadi salah satu alasan tertekannya kinerja Garuda. 

Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury mengatakan penerbangan internasional berpengaruh pada kinerja perseroan. Dalam dua bulan pertama tahun ini, penerbangan internasional khususnya dari dan ke Bali menuju Jepang, Korea Selatan, hingga Tiongkok masih belum pulih sepenuhnya. Hal ini menjadi salah satu alasan maskapai plat merah tersebut masih mencatat kerugian.

(Baca: Dengan Efisiensi, Garuda Mulai Bidik Laba Rp 116 Miliar Tahun Ini)

Dari data Garuda, jumlah penumpang internasional yang diangkut Januari hingga Februari ini turun menjadi 1,2 juta penunpang dari 1,3 juta di periode yang sama tahun lalu. "Selain itu kuartal pertama juga sulit karena tidak ada peak season," kata Pahala dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/5).

Pahala menjelaskan kerugian yang dialami perseroan lebih rendah 36,5 persen dibandingkan rugi kuartal I-2017 yang mencapai US$ 101,2 juta. Menurunnya kerugian ini seiring dengan peningkatan pendapatan Garuda sebesar 7,9 persen menjadi US$ 983 juta. Peningkatan pendapatan dipacu strategi yang dijalankan Garuda.

Beberapa investasi yang dilakukan di antaranya adalah optimalisasi aset, efisiensi, hingga meningkatkan kinerja aset serta anak usaha. Langkah lainnya dengan merenegosiasi kontrak pesawat. Tahun ini sudah ada satu perusahaan sewa pesawat yang sudah diajak membicarakan kontrak dengan Garuda.

(Baca: Serikat Pekerja Minta Menteri BUMN Rombak Direksi Garuda)

Pahala juga mengaku optimis kinerja keuangan Garuda akan kinclong atau mencapai laba sebesar US$ 8,7 juta di akhir tahun. Pendapatan dari lini bisnis lain seperti kargo, perawatan pesawat, hingga jumlah penumpang akan terus tumbuh. "Apalagi On Time Performance kami 88,8 persen, customer experience baik, dan status kami sebagai maskapai bintang lima," ujar dia.

Sebelumnya, Direktur Keuangan Garuda Helmi Imam Satriyono menyatakan tahun ini perusahaannya akan terus berupaya melakukan efisiensi untuk memperbaiki kinerja keuangan. Beberapa program dicanangkan oleh Garuda, seperti Sky Beyond 3.5 yang salah satunya memanfaatkan kontribusi anak perusahaan untuk mendapatkan profit di tahun ini.

“Secara total kami berharap 2018 akan memberikan pendapatan di atas US$ 4,8 miliar (Rp 46 triliun)." kata Helmi.

(Baca: Ikut Singapore Airshow 2018, Garuda Targetkan Dapat Rp 32,5 Triliun)