Di tengah pandemi Covid-19 yang sudah melanda Indonesia selama tujuh bulan, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) masih mampu membukukan kinerja cemerlang. Sampai dengan kuartal III-2020, produsen petrokimia dari Grup Barito ini berhasil memperoleh pendapatan bersih US$1.268 juta.
“Kami dengan bangga melaporkan EBITDA sebesar US$21 juta selama tiga bulan dari Juli hingga September 2020,” kata Direktur CAP, Suryandi di Jakarta, Rabu (28/10).
Ia menjelaskan neraca CAP juga tetap solid dengan likuiditas sebesar US$797 juta per 30 September 2020, termasuk kas dan setara kas sebesar US$516 juta. Selain menunjukkan kinerja keuangan yang membaik, CAP juga berhasil menyelesaikan pembangunan dua unit pabrik Methyl Tert-butyl Ether (MTBE) dan Butene 1 (B1) di tengah pandemi.
“Kami senang dengan keberhasilan start-up pabrik MTBE kami yang berkapasitas 128 kilo ton/tahun dan pabrik B1, dengan kapasitas 43 kilo ton/tahun pada September,” ujarnya.
Proyek senilai US$130,5 juta tersebut, kata Suryandi, selesai tepat waktu meskipun di tengah situasi pandemi yang menantang. “Ini menandai keberhasilan penyelesaian Master Plan Integrasi Chandra Asri 2015-2020,” Suryandi menambahkan
Pembangunan kedua unit pabrik MTBE dan B1 oleh CAP merupakan kali pertama di Indonesia. Konstruksi kedua pabrik berhasil diselesaikan di tengah masa pandemi, demi mendukung target pemerintah Indonesia untuk mensubstitusi impor melalui program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) yang diusung oleh Kementerian Perindustrian.
Data Kementerian Perindustrian menyebutkan, Indonesia masih mengimpor produk kimia methanol, termasuk MTBE maupun B1, senilai Rp174 triliun pada 2018 lalu. Keberhasilan CAP dalam menghadirkan pabrik MTBE dan B1 di Indonesia disambut dengan baik oleh Kementerian Perindustrian Indonesia. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pentingnya kontribusi petrokimia dalam mensubstitusi impor bahan baku tersebut.
“Atas perannya, Industri petrokimia Indonesia perlu didorong untuk tumbuh. Selain itu, perusahaan petrokimia seperti Chandra Asri juga mampu menarik investor baru yang dapat berdampak positif terhadap perekonomian Tanah Air,” ujar Agus dalam rilis resmi Chandra Asri, pada Selasa (8/9).
Sementara sebagai wujud komitmen berkelanjutan, CAP turut berinovasi dalam mengembangkan teknologi suar tanpa asap guna meminimalisir dampak lingkungan dari aktivitas operasional pabrik. CAP kini siap mengoperasikan Enclosed Ground Flare (EGF) atau teknologi suar tanpa asap di komplek petrokimianya di Cilegon, Banten yang total investasi pembangunannya mencapai US$14 juta.
EGF tersebut mampu membakar 220 ton hidrokarbon/jam tanpa menyebabkan radiasi panas maupun udara. Dari sisi lingkungan, EGF dirancang agar tidak menghasilkan hidrokarbon dari pembakaran yang dibuang ke udara. Sementara dari segi sosial, teknologi tersebut dapat mengurangi suara kebisingan serta menghilangkan asap.
Bermitra dengan Vopak
Di sisi lain, CAP menjalin kerja sama dengan Royal Vopak (Vopak), perusahaan penyimpan tangki terkemuka di dunia untuk mendirikan perusahaan patungan dalam berkolaborasi bisnis infrastruktur industri di CIlegon, Banten. Melalui penandatanganan Letter of Intent (LOI) pada 5 Oktober lalu diharapkan dapat mengembangkan rantai petrokimia serta sebagai fondasi untuk perluasan klaster industri.
Presiden Direktur Chandra Asri, Erwin Ciputra, menyambut kerja sama dengan Vopak untuk menjajaki pertumbuhan operasi jetty dan tank farm CAP saat ini. Terdapat dua tujuan strategis, yaitu mengembangkan jetty dan tank farm baru untuk melayani pihak ke tiga serta mempersiapkan inverstasi dan pembangun infrastruktur pendukung kompleks petrokimia kedua CAP.
“Kami yakin dengan potensi pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia dan inisiatif ini dapat menandai langkah maju lainnya ke arah tersebut untuk memperkuat skala dan jangkauan bisnis kami, untuk melayani kebutuhan pelanggan kami serta pasar domestik," kata Erwin melalui rilis Chandra Asri, Senin (5/10).
Saat ini, Vopak memiliki dan mengoperasikan satu terminal minyak di Jakarta dengan 49 persen kepemilikan dan satu terminal bahan kimia di Merak dengan 95 persen kepemilikan. Presiden Divisi, Vopak Asia & Timur Tengah, Michiel Gilsing mengungkapkan antusiasme Vopak dalam bermitra dengan Chandra Asri sebagai produsen petrokimia terkemuka di Indonesia.
“Kami percaya akan potensi pertumbuhan jangka panjang Indonesia dan kolaborasi ini memungkinkan kami untuk berinvestasi lebih lanjut di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai salah satu area fokus pertumbuhan perseroan,” ujar Michiel dilansir dari rilis Chandra Asri, Senin (5/10).cm