Pengusaha Resort Andalkan Wisata Berkualitas di Masa Pandemi

ANTARA FOTO/Anis Efizudin/hp.
Wisatawan bermain di pantai Sadranan Dusun Pulegundes, Sidoharjo, Tepus, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (7/7/2020).
Penulis: Ekarina
7/9/2020, 18.45 WIB

Pariwisata Berkualitas ala Yogyakarta

Pengelola destinasi wisata  di lima kabupaten/kota juga menerapkan konsep pariwisata berbasis kualitas di masa pandemi. "Sekarang ini, kami menyiapkan diri untuk menuju strategi quality tourism karena sebagai konsep pariwisata saat pandemi," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo di kutip dari Antara, Senin (7/9). 

Singgih mengatakan pariwisata berbasis kualitas tidak lagi mementingkan jumlah wisatawan yang datang. Melainkan konsep pariwisata yang disertai dengan protokol kesehatan ketat, sehingga mampu memberi nilai tambah lebih tinggi.

Untuk menuju pariwisata berbasis kualitas, banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti kualitas layanan, higienitas hidangan, akses transportasi darat, layanan hotel, hingga keberadaan narasi budaya pada setiap destinasi.

"Kalau daya tarik sama tetapi layanan lebih bagus, maka kita bisa jual lebih tinggi lagi karena punya nilai tambah," kata dia.

Keberadaan narasi pada setiap destinasi wisata, menurut dia, cukup penting. Wisatawan tidak lagi hanya mengandalkan spot foto, tetapi ke depan mereka akan memperoleh pengetahuan baru serta pengalaman budaya Yogyakarta.

Untuk memperkuat kesiapan menuju pariwisata berbasis kualitas, menurut Singgih, Dispar DIY akan memberikan pelatihan kepada para pengelola maupun pemandu wisata terkait pelayanan, tentang keistimewaan DIY, budaya, hingga membuat narasi cerita yang baik.

"Narasi itu tidak perlu cari-cari, tinggal menyusun kembali," kata dia.

Tidak hanya itu, menurut dia, menyusul telah diresmikannya Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), seluruh pengelola destinasi wisata juga telah diminta mempersiapkan pelayanan dengan standar internasional.

Sebelumnya, Dewan Perjalanan dan Pariwisata Dunia (WTTC) memprediksi kerugian sektor pariwisata dan perjalanan secara global akibat pandemi corona. Prediksi terbagi atas tiga skenario, yakni skenario terbaik, sedang, dan terburuk terkait hilangnya mata pencarian.

Dalam skenario terbaik, WTTC memprediksi terdapat 98,2 juta pekerjaan yang hilang akibat pandemi Covid-19. Jumlahnya makin bertambah dalam skenario sedang (121,1 juta) dan terburuk (197,5 juta).

Padahal dalam satu dekade ini, sektor perjalanan dan pariwisata selalu mencetak lapangan pekerjaan baru tiap tahunnya. Jumlahnya berkisar 5-9,3 juta pekerjaan per tahunnya.

Selain kehilangan mata pencarian, sektor pariwisata dan perjalanan global mengalami penurunan produk domestik bruto. Jumlahnya mencapai US$ 5.543 miliar atau Rp 80.928 triliun (dengan kurs Rp 14.600/US$), dalam skenario terburuk.

Penyumbang Bahan: Agatha Lintang (Magang) 

Halaman: