Dua Waralaba Asing Tutup Gerai dan Setop Operasi di Tengah Pandemi

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/pras.
Pengunjung berjalan keluar seusai membeli makanan di gerai makanan cepat saji McDonald's, kompleks pusat perbelanjaan Sarinah, Jakarta, Jumat (8/5/2020). McDonalds kembali menutup gerainya di Kuta, Bali.
Penulis: Ekarina
28/9/2020, 16.25 WIB

Sejumlah gerai waralaba asing berhenti beroperasi di Indonesia di tengah pandemi corona. McDonald's Kuta Beach, Bali dikabarkan tutup  pada Selasa, (29/9) bersamaan dengan penutupan seluruh gerai waralaba restoran bergaya open kitchen Marché Mövenpick mulai Rabu (30/9).

Kabar penutupan McDonald's Kuta Beach sebelumnya santer beredar di media sosial Twitter. Pemilik akun @TimpalBali mencuitkan sambil  melampirkan  foto pengumuman McDonald's Kuta Beach yang terpasang di depan pintu masuk. 

"McD depan pantai tutup. Apa kenangan kalian di sini?" tulisnya, dikutip dari media sosial Twitter, Senin (28/9).

Cuitan ini telah diretweet 612 kali dan disukai 694 netizen hingga Senin sore. Dalam penggumuman yang dilampirkan, manajemen

"McDonald's Kuta Beach akan tutup secara permanen mulai 23 September 2020 pukul 21.00 WITA. Terima kasih telah mengukir cerita bersama McDonald's Kuta Beach selama 20 tahun," bunyi pengumuman  dalam poster tersebut.

Dikonfirmasi terpisah, Director of Communication McDonald's Indonesia, Sutji Lantyka enggan beromentar perihal kabar penutupan dan alasannya.

"Maaf, saya tidak bisa berkomentar apapun mengenai ini," katanya kepada katadata.co.id.

Sebelumnya, McDonalds juga menutup gerai tertuanya di Indonesia yang berlokasi di gedung Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat. Alasan penutupan gerai saat itu karena pusat belanja tersebut akan segera direvonasi. Sehingga perusahaan beserta tenan lain terpaksa harus pindah ke lokasi lain. 

McDonald’s merupakan restoran fast food terbesar di dunia yang didirikan pada 1955 di California, Amerika Serikat. Waralaba restoran dengan produk andalan burger Bigmac ini telah memiliki ribuan gerai yang tersebar di lebih dari 100 negara.

Waralaba makanan minuman ini pertama kali masuk ke Indonesia pada 1991 lewat restoran pertamanya di Sarinah, Thamrin. Pada 2009, PT Rekso Nasional Food (RNF), salah satu anak usaha Rekso Group menandatangani Master Franchise Agreement dengan McDonald’s International Property Company (MIPCO).

Perjanjian ini mencakup pemberian izin operasional seluruh restoran brand McDonald’s, termasuk kebijakan pembukaan restoran baru di seluruh Indonesia.

Hingga kini RNF telah membuka lebih dari 200 gerai McDonald’s di sejumlah kota di Indonesia dan mempekerjakan sekitar 14.000 karyawan.

Sementara mengutip data Statista, pada 2019, Tiongkok merupakan negara dengan sebaran restoran McDonald's terbanyak di seluruh Asia Pasifik dan Timur Tengah sejumlah 3.380 ribu gerai.

Berikutnya ada Jepang dengan sekitar 2,9 ribu gerai dan Australia dengan 999 gerai. McDonalds juga memiliki pasar dengan pertumbuhan tinggi di Asia seperti di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. 

Sedangkan di seluruh dunia, hingga 2019 perusahaan waralaba yang terkenal dengna ikon badutnya ini memiliki sekitar 38,7 ribu restoran.

Perusahaan restoran lain yang menutup gerainya di Indonesia yakni Merche Mövenpick. Penutupan ini diketahui berdasarkan pengumuman yang disampaikan manajemen dalam akun Instagram.

Manajemen mengucapkan terima kasih, karena sejak pertama kali membuka restoran pada 2009 di Plaza Senayan, Grand Indonesia sampai gerai ketiga di Lippo Mall Puri. Hingga pada perjalanannya di tahun ke sebelas, restoran ini akhirnya  berhenti beroperasi.

"Dengan berat hati dan sangat menyesal, Marche Movenpick akan tutup permanen di Indonesia pda 30 September 2020," bunyi pengumuman tersebut dikutip, Senin (28/9).

Perusahaan juga berterima kasih atas kesetiaan pelanggan beberapa tahun terakhir. Di akhir catatan, manajemen menyatakan akan kembali dengan brand restoran terbaru yang akan dibuka pada akhir tahun ini.

Merche Movenpick merupakan restoran yang menyediakan menu ala Eropa. Restoran ini menyajikan konsep dapur terbuka yang terinspirasi dari pasar seluruh dunia, sehingga pengunjung dapat menyaksikan makanan dimasak dari awal hingga akhir dengan bahan-bahan segar.

Restoran tersebut saat ini hadir di tiga benua di sepuluh negara dengan lebih dari 70 lokasi.

Sebelumnya, perusahaan waralaba restoran asal Korea, Lotteria juga menutup bisnisnya di Indonesia pada 29 Juni 2020.

Lotteria merupakan core bisnis dari LOTTE GROUP Korea. Lotteria pertama kali beroperasi di Indonesia pada 2011 melalui pembukaan gerai pertama di Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Hingga kini, perusahaan telah memiliki puluhan gerai yang tersebar di Jabodetabek, Cikarang, Karawang dan Bandung. Selain di Indonesia, cabang Lotteria juga melebarkan sayap di beberapa negara seperti ekspansi gerai pertama di Vietnam pada 1998, kemudian Tiongkok pada 2008 yang dilanjutkan pada 2013 di Myanmar dan Kamboja pada 2014.

Lesunya Bisnis Waralaba

Ketua Perhimpunan Waralaba & Lisensi Indonesia (WALI), Levita G. Supit mengatakan, penutupan bisnis merupakan situasi yang terhindarkan bagi para pelaku bisnis waralaba. Penutupan tak hanya dialami waralaba asing, tapi juga lokal. 

"Wajar mengingat pandemi tidak tahu berlangsung sampai kapan, sedangkan ada fix cost yang mereka keluarkan pasti sudah diperhitungkan sebelumnya," kata Levita kepada katadata.co.id, Senin (28/9).

Menurutnya, pelaku usaha waralaba saat ini berjuang dengan  strateginya masing-masing agar dapat bertahan dari krisis. Misalnya, memutar bisnis mereka dari offline ke online.

Lalu strategi menjemput bola menawarkan paket-paket makanan murah ke pelanggan untuk menyiasati penurunan omzet akibat larangan makan di tempat (dine-in)  di masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Padahal, porsi makan di tempat saat ini menyumbang 40% terhadap total transaksi waralaba kuliner  diikuti layanan take away dan delivery.  

Meski beberapa pemain hengkang, pasar waralaba dalam negeri khususya makanan minuman menurutnya masih cukup potensial. Pertama, karena jumlah penduduknya besar dan kedua, karena habit masyarakat Indonesia yang gemar berkumpul dan mencoba aneka kuliner. 

Dia pun mengaku tak terlalu khawatir dengan merek waralaba yang memilih hengkang, karena masih banyak pemain besar lain yang masih bertahan melanjutkan bisnis.

"Saat ini ada 2.000 pelaku usaha waralaba beroperasi di Indonesia, yang mana 80% di antaraya lokal dan 20% asing," ujar dia.

Adapun dari 2.000 pemain tersebut, 35% bergerak di sektor industri kuliner atau makanan minuman dan sisanya di sektor retail dan jasa.