SpaceX dan Mimpi Elon Musk Membangun Peradaban di Mars

ANTARA FOTO/REUTERS/Callaghan O'Hare
Purwarupa pesawat ulang alik Starship milik SpaceX terlihat sebelum pendiri SpaceX Elon Musk memberikan informasi terbaru mengenai roket Mars Starshio di Boca Chica, Texas, Amerika Serikat, Sabtu (28/9/2019).
Penulis: Happy Fajrian
15/2/2021, 14.05 WIB

Sebelumnya pada awal Januari 2020, Musk mengatakan bahwa dia berencana mendaratkan 1 juta orang ke Mars hingga 2050. Ini berarti SpaceX harus membuat 1.000 roket Starship dalam 10 tahun, atau 100 Starship per tahun.

SpaceX juga harus meluncurkan setidaknya 3 Starship, yang masing-masing membawa 100 orang, per hari. “Akan ada banyak pekerjaan di Mars!” katanya ketika itu.

Meski demikian target SpaceX untuk mendaratkan manusia ke Mars terus berubah. Pada 2017 lalu Musk mengatakan bahwa dia berencana mengirimkan kargo ke Mars pada 2022 yang diikuti dengan misi berawak setahun kemudian atau 2023.

Namun pada Oktober 2020 target tersebut direvisi menjadi pengiriman roket berisi kargo pada 2024 yang diikuti dengan misi yang membawa manusia pada 2026.

Pakar industri luar angkasa komersial, Greg Autry, mengatakan bahwa menurutnya Musk pasti akan pergi ke Mars, sendiri atau dengan NASA. Tapi bukan pada 2026, melainkan paling cepat 2029 atau 2031.

Jendela waktu ini juga tergantung pada kapan Bumi berada pada posisi yang sejajar dengan Mars, yakni setiap 26 bulan. “Proyek luar angkasa itu menantang dan jarang tepat waktu. (Tapi) ini masalah biaya dan kemauan, Elon memiliki keduanya,” kata Autry.

Menurut Autry, Musk memiliki kerangka waktu yang ambisius pada semua proyek-proyeknya, baik itu di Tesla, SpaceX, maupun Boring Company. Namun biasanya target tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang ditargetkan.

Operasi misi awak komersial NASA pertama di Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Minggu (15/11/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Joe Skipper/hp/cf)

Entitas Swasta Pertama di Bidang Penjelajahan Ruang Angkasa

SpaceX memang “anak” Musk yang paling unik. Pasalnya ketika terbentuk pada 2002 lalu, SpaceX menjadi satu-satunya entitas swasta yang bergerak di bidang penjelajahan ruang angkasa yang mengembangkan roket dan kendaraan antariksanya sendiri.

Sementara entitas serupa lainnya biasanya merupakan lembaga milik pemerintah, seperti NASA di AS, atau LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) di Indonesia.

Namun jika bicara tentang space tourism, SpaceX bukan yang pertama. Pionir di bidang space tourism adalah Space Adventures Ltd., yang menawarkan paket wisata luar angkasa. Sejumlah miliuner dunia telah membayar puluhan juta dolar untuk diterbangkan ke luar angkasa dan “mampir” ke ISS.

Pada 2001 pengusaha AS, Dennis Tito membayar US$ 20 juta untuk diterbangkan ke ISS dan kembali lagi ke Bumi menggunakan pesawat angkasa milik Rusia, Soyuz. Sedangkan Richard Garriot, seorang pengusaha dan pengembang video gim asal AS juga membayar US$ 30 juta untuk tur serupa.

Kemudian ada Space Perspective yang juga menawarkan paket wisata ke luar angkasa menggunakan kendaraan yang diterbangkan dengan balon bernama Spaceship Neptunus. Paket wisata ini “hanya” dibanderol sekitar US$ 125 ribu atau Rp 1,8 miliar.

Walau memiliki target pamungkas untuk mendaratkan manusia ke Mars, SpaceX juga menawarkan perjalanan wisata luar angkasa, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan wisata angkasa luar tersebut.

Pada 2022 SpaceX bekerja sama dengan Axiom Space-1 disebut akan mengirim wisatawan ke ISS menggunakan pesawat angkasa Dragon 2. Pada tahun yang sama SpaceX juga akan menerbangkan empat wisatawan mengorbit bumi selama beberapa hari.

Dengan perkembangan yang berhasil dicapai hingga saat ini, valuasi SpaceX pun terus melambung. Saat ini SpaceX diperkirakan bernilai US$ 60 miliar atau Rp 838,2 triliun dengan asumsi kurs Rp 13.970/US$.

Valuasi tersebut akan mencapai US$ 92 miliar jika SpaceX berhasil menutup putaran pendanaan pada akhir bulan ini dengan harga saham antara US$ 325 – 350.

Elon Musk memang memiliki sejumlah gurita bisnis. Setelah sukses dengan PayPal, yang berhasil ia jual ke eBay senilai US$ 1,5 miliar pada 2002, Musk beralih ke mobil listrik sebagai investor, CEO, dan perancang produk-produk Tesla.

Musk juga merupakan co-founder Neuralink yang bergerak pada bidang teknologi syaraf, dan OpenAI yang bergerak pada laboratorium riset berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Tesla kini berkembang menjadi penguasa pasar mobil listrik dunia.

Halaman: