Dari sekian banyak aktivitas yang dapat dilakukan lewat internet, ternyata masih banyak penggunanya yang belum pernah melakukan transaksi belanja secara online atau e-commerce.. Survei Asosisasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyebut angkanya mencapai 56% dari total pengguna internet di Indonesia.
Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi mengatakan, ada sejumlah alasan yang menyebabkan pengguna internet di Indonesia tidak pernah berbelanja secara online. “Sebanyak 18,8% atau mayoritas mejawab mereka lebih suka berbelanja secara langsung karena barang yang mereka inginkan bisa langsung didapatkan,” ujar Henri dalam pemaparan hasil risetnya di Hotel Ayana Midplaza, Jakarta, Rabu (15/5).
Selanjutnya, hasil survei yang dikerjakan bersama lembaga survei Polling Indonesia menyebut sebanyak 12,2%pengguna internet tak mau belanja online karena belum bisa memakai aplikasinya, 9,5% khawatir barang tidak sampai, dan 9% merasa rumit kalau harus mentrasfer.
(Baca: Riset: Mayoritas Konsumen Pakai THR untuk Belanja di E-commerce)
Padahal, survei itu juga menunjukkan penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 64,8% pada tahun 2018, meningkat sebesar 10,12 % dari tahun sebelumnya yang hanya 54,8%. Artinya, ada 171,17 juta jiwa pengguna internet dari total 246,16 juta penduduk Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
Menurut Henri, sangat disayangkan bahwa dari 171,17 pengguna internet ternyata 56% di antaranya belum pernah menggunakan e-commerce. “Angka ini merupakan potensi yang bisa kita convert (ubah) untuk menjadi shoppers (pembelanja) di e-commerce,” ujarnya.
Sementara itu, survei tersebut mencatat terdapat empat e-commerce yang biasanya sering digunakan pengguna internet untuk membeli barang. Di antaranya adalah Shopee (11,2%), Bukalapak (8,4%), Lazada (6,7%), dan Tokopedia (4,3%). Sedangkan, sebanyak 53,4% mengatakan belum pernah mengunjungi situs atau platform e-commerce.
Minimnya literasi mengenai e-commerce membuat potensi bisnis di platform tersebut kurang diminati oleh mayoritas para pengguna internet di Indonesia. Padahal, sebelumnya Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menyebutkan, ada empat sektor digital yang berkembang pesat di Indonesia yakni financial technology (fintech); e-commerce; on-demand services; dan, Internet of Things (IoT).
(Baca: Bappenas: Revolusi Industri 4.0. Bisa Dorong Negara Tanpa Kemiskinan)
Perkembangan keempatnya diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2020. "Ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$ 130 miliar pada 2020," ujarnya pada Januari lalu.
Proyeksi itu pun baru mengukur potensi dari e-commerce. Data Asosiasi E- Commerce Indonesia (idEA) menyebutkan, potensi transaksi e-commerce di Indonesia terus meningkat dari US$ 8 miliar di 2013 menjadi US$ 20 miliar pada 2016, dan diproyeksi mencapai US$ 130 miliar atau sekitar Rp 1.700 triliun pada 2020.
Menurut laporan Google dan Temasek, ekonomi digital Indonesia diprediksi akan tumbuh tiga kali lipat menjadi US$ 240 miliar pada 2025. "Ini potensi yang luar biasa untuk meningkatkan taraf hidup sekitar 30 juta penduduk Indonesia di bidang e-commerce," ujarnya.