Asosiasi Tepis Kekhawatiran Prabowo Soal Unicorn Dikuasai Asing

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) memulai debat capres 2019 disaksikan Ketua KPU Arief Budiman (tengah) di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur.
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
19/2/2019, 09.47 WIB

Dalam debat calon Presiden (Capres) yang digelar Minggu (17/2) lalu Prabowo Subianto sempat menyampaikan kekhawatiran jika unicorn Tanah Air dikuasai asing. Hal itu didasari oleh besarnya investasi asing ke unicorn seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, hingga Bukalapak.

Hal itu dimentahkan oleh Ketua Asosiasi E- Commerce (iDEA) Ignatius Untung. Menurutnya, masuknya investasi asing ke unicorn nasional justru menguntungkan Indonesia.

Ia mengakui ada dividen atau pembagian laba kepada investor luar negeri, karena adanya investasi asing di unicorn Tanah Air. "Tapi perusahaan lain, baik Fast Moving Consumer Goods (FMCG), perbankan, otomotif, dan lainnya juga banyak yang (devidennya) ke luar negeri," kata Ignatius kepada Katadata, Senin (18/2) malam.

(Baca: Awal Mula Istilah Unicorn dalam Debat Capres Jokowi dan Prabowo)

Hanya, dividen juga berkontribusi terhadap pajak nasional. Di samping itu, masuknya investor asing ke unicorn nasional membantu industri digital untuk tumbuh. "Dengan adanya dana asing, e-commerce jadi punya kemampuan untuk mengakselerasi pertumbuhan lebih cepat dan besar," kata dia.

Pada akhirnya, tambahan modal dari investor baik dalam maupun luar negeri akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, manfaat dari unicorn dan startup nasional dirasakan oleh masyarakat juga. "Anggap saja sebagai investasi untuk menumbuhkan ekonomi. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," ujarnya.

Selain itu, Ignatius juga menanggapi komitmen kedua Capres yang ingin menyederhanakan regulasi. Ia mengapresiasi komitmen itu. Sebab, menurutnya industri digital masih sangat baru, sehingga ada baiknya tidak begitu banyak diatur.

Menurutnya, regulasi yang diterapkan pemerintah saat ini sudah cukup membantu tumbuh kembang e-commerce. "Sekarang sudah bagus. Dibiarkan jalan dulu saja. Baru, nanti kalau ada yang nabrak (dengan aturan), di mana (yang harus diperbaiki)," ujar dia.

(Baca: Disinggung dalam Debat Capres, Unicorn Indonesia Hampir Jadi Decacorn)

Tak jauh berbeda, Chief of Omni Channel, Bhinneka Vensia Tjhin menilai regulasi terkait e-commerce saat ini sudah cukup baik. "Saat ini, kami melihat ada satu semangat dari pemerintah yang mau memperhatikan industri ini, sudah cukup baik. Kami di industri menyambut itu," ujar dia.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara mengakui, bahwa investor asing memiliki kepemilikan saham yang cukup besar di unicorn Indonesia. "Tapi benefitnya kan lari ke Indonesia," kata dia, akhir Januari lalu.

Toh, masuknya investor asing ke Indonesia tidak lantas berdampak pada perubahan manajemen usaha. Berbeda bila perusahaan di bidang riil yang bila mendapat investasi dari asing, maka pemegang saham bisa masuk ke jajaran manajerial. "Unicorn, kontrolnya tetap di pendiri," ujarnya.

Reporter: Desy Setyowati