Perusahaan e-commerce asal Singapura yakni Carousell menerima pendanaan seri C sebesar US$ 85 juta atau sekitar Rp 1,2 triliun dari konsorsium yang dipimpin Rakuten Ventures. Selain di Singapura, Carousell juga menyasar pasar Malaysia dan Indonesia.
Selain Rakuten yang merupakan perusahaan e-commerce asal Jepang, putaran pendanaan Carousell juga diikuti oleh EDBI, yang merupakan lembaga investasi milik Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura. Investasi tersebut juga melibatkan Bank DBS, serta beberapa nama lain seperti 500 startups, Golden Gate Ventures, dan Sequoia Capital India.
Dengan adanya pendanaan ini, Carousell telah mengumpulkan lebih dari US$ 126 juta, selama enam tahun ini. "Ini bagus, kami mendapat validasi lagi dari investor," ujar Co-founder dan CEO Carousell Quek Siu Rui sebagaimana dikutip dari TechCrunch, Senin (14/5).
(Baca juga: Donasi dan Zakat Online jadi Tren di Kalangan Kelas Menengah Muslim)
Carousell merupakan e-commerce jenis consumer to consumer (C2C), yang berdiri sejak 14 Mei 2012 lalu. Platform tersebut telah membantu menjual lebih dari 50 juta item dan digunakan oleh 144 juta pengguna. Carousell juga sudah hadir di tujuh negara, yakni Amerika Serikat, (AS), Australia, Hong Kong, Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Taiwan.
Carousell pun telah memperluas layanan, hingga mencakup jual beli mobil, properti, pekerjaan, jasa, dan keuangan. Di Indonesia, Carousell gencar mengadakan flea market, pasar barang bekas (preloved), dan bazaar.
Selain Carousell, marketplace mobil end-to-end Carro juga baru saja memeroleh pendanaan seri B senilai US$ 60 miliar atau sekitar Rp 838,8 miliar, yang dipimpin oleh SoftBank Ventures. Pendanaan ini juga melibatkan Insignia Ventures dan modal ventura garapan co-founder Facebook Eduardo Saverin, B Capital Group. Peserta lainnya adalah pendiri IDG Ventures India yakni Manika Arora, Singtel Innov8, Golden Gate Ventures dan Alpha JWC.
(Baca juga: Deretan E-Commerce Siapkan Promo Ramadan dengan Diskon hingga 90%)
CEO Carro Aaron Tan mengatakan, tambahan modal ini akan dihabiskan untuk pengembangan bisnis di Indonesia, Thailand dan Singapura. "Negara mana yang mau dituju? Yang pasti masih harus dikaji dulu. Tetapi mungkin akan dilihat dari sumber atau persediaan mobilnya," ujarnya.
Setidaknya, perusahaan berusia 2,5 tahun itu sudah menjual kendaraan senilai US$ 250 juta di Indonesia, Thailand, dan Singapura pada 2017. Pencapaian itu naik dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya yang sebesar US$ 120 juta.