Badan Pusat Statistik (BPS) tengah mengumpulkan data transaksi e-commerce. Ketua Bidang Edukasi Retail Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Mohamad Rosihan optimistis, data tersebut akan terkumpul pada akhir bulan ini dan dapat segera digunakan oleh pemerintah.
"Bulan ini diharapkan sudah terkumpul. Jadi data diharapkan sudah bisa dipakai Maret atau April," kata Rosihan saat konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (22/2).
PDB Sektor Pergudangan, Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir (2014-2017)
Adapun, data yang direkam oleh BPS adalah omzet e-commerce, investasi asing dan lokal, transaksi, metode pembayaran, tenaga kerja, serta teknologi yang dimanfaatkan.
(Baca juga: Pemodal Asing E-Commerce Dikhawatirkan Dongkrak Impor)
E-commerce yang direkam datanya pun dibedakan menjadi sembilan kategori yaitu penyedia lapak perdagangan online (marketplace) atau e-ritel; classified horizontal; classified vertical; travel; transportasi; specialty store; daily deals; logistik; serta, pembayaran. "Untuk sementara ini yang di-push (mengumpulkan data) 20 marketplace besar," tutur Rosihan.
Sebelumnya, BPS mengaku kesulitan mengumpulkan data tersebut. Alhasil, publikasi data yang semestinya dilakukan bulan ini pun tertunda. Padahal data itu bakal menjadi salah satu acuan pemerintah untuk melihat perilaku belanja online masyarakat terhadap konsumsi dan mengukur pertumbuhan ekonomi. Data itu pun bisa menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam menetapkan kebijakan terkait e-commerce.
(Baca juga: Hanya 7,39% Pengguna Internet Indonesia Pakai Aplikasi Perbankan)