Dikabarkan Akan Disuntik Modal Alibaba, Grab Gaet Lazada di Vietnam

KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Ilustrasi helm mitra pengemudi Grab
Penulis: Desy Setyowati
20/11/2020, 11.07 WIB

Raksasa e-commerce asal TiongkokAlibaba Group Holding dikabarkan dalam pembicaraan dengan Grab terkait investasi US$ 3 miliar atau sekitar Rp 44,5 triliun. Meski kabar ini belum dikonfirmasi, Grab sudah menggaet Lazada di Vietnam.

Sumber Bloomberg yang mengetahui pembicaraan investasi itu mengatakan, Alibaba berencana mengintegrasikan layanan jaringan pengiriman Grab dengan Lazada. Sejumlah investor di Asia Tenggara menilai, jika pendanaan itu terwujud, maka akan membuka pintu bagi Lazada terhadap layanan baru.

Meski belum ada konfirmasi mengenai kabar investasi tersebut, Grab dan Lazada sudah menjalin kerja sama di Vietnam pada minggu lalu (10/11). Anak usaha Alibaba itu mengarahkan pembeli ke layanan pesan-antar makanan, GrabFood dan pengiriman barang, GrabExpress.

Begitu juga Grab, merujuk pengguna ke aplikasi Lazada. “Keduanya memberikan voucer untuk memikat pelanggan dari platform masing-masing,” demikian dikutip dari Asia Nikkei Review, Kamis (19/11).

Namun, Co-founder Do Ventures, Vy Le mengatakan bahwa ketergantungan warga Vietnam terhadap layanan digital selama pandemi corona, tidak setinggi negara lain di Asia Tenggara. Ini karena kasus positif Covid-19 di negara ini hanya 1.304 dan 35 yang meninggal dunia, sehingga aktivitasnya tidak terlalu dibatasi.

Meski begitu, pandemi virus corona mengubah perilaku masyarakat. Le mencatat, pencarian seputar belanja online di Google meningkat. " Vietnam merupakan pasar paling berkembang untuk teknologi makanan di regional," kata dia.

Managing Director Grab Vietnam Nguyen Thai Hai Van sepakat bahwa perilaku masyarakat di negara itu berubah imbas pagebluk Covid-19. “Semakin banyak konsumen yang mempertimbangkan layanan digital untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kata dia, dikutip dari siaran resmi, pekan lalu (10/11).

Oleh karena itu, perusahaan menggandeng Lazada. “Kami akan dapat menjadi katalisator tren saat ini untuk memenuhi kebutuhan digital konsumen yang meningkat, mendukung social commerce dan UMKM, serta memberikan lebih banyak peluang pendapatan bagi mitra,” ujarnya.

CEO Lazada Vietnam James Dong menambahkan, kemitraan itu bertujuan menciptakan ekosistem digital berkelanjutan. “Ini tepat pada festival belanja akhir tahun seperti 11.11 dan 12.12,” kata dia.

Sebelumnya, investor individu (angel investor) dan pendiri Tarad.com di Thailand, Pawoot Pongvitayapanu memperkirakan, kesepakatan Alibaba dan Grab akan membuka pintu bagi Lazada terhadap layanan baru. “Mereka bisa mendominasi e-commerce di Thailand, termasuk bisnis retail,” kata dia dikutip dari Bangkokpost, September lalu (16/9).

Perusahaan dapat berbagi basis data pengguna dari berbagai layanan, yakni e-commerce, transportasi atau ride hailing, pesan-antar makanan, pengiriman barang, dan lainnya. Permintaan produk melalui Lazada pun diprediksi melonjak.

Kesepakatan itu juga memungkinkan Lazada untuk masuk ke pasar baru melalui GrabMart. Selain itu, Lazada dapat menggunakan model Amazon Prime dengan menawarkan biaya berlangganan untuk layanan pengiriman barang.

"Ketika pemain kuat bergabung, mereka akan memegang kekuasaan atas pedagang dan dapat menimbulkan tantangan bagi peritel, karena tidak memiliki armada pengiriman atau basis data sendiri," kata Pawoot.

Berdasarkan data iPrice, Shopee memimpin di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam dari sisi kunjungan ke platform pada kuartal II. Sedangkan Lazada hanya unggul di Filipina.