Riset International Finance Corporation (IFC) menunjukkan, pasar e-commerce Asia Tenggara berpeluang mencapai lebih dari US$ 280 miliar atau sekitar Rp 4.000 triliun pada 2025-2030. Potensi ini bisa dicapai jika menambah jumlah perempuan yang berjualan di platform online.
Vice President for Asia and Pacific IFC Alfonso Garcia Mora menyampaikan, nilai pasar e-commerce Asia Tenggara berkembang tiga kali lipat sejak 2015. “Pertumbuhan ini bisa lebih tinggi jika berinvestasi pada wirausaha perempuan di platform e-commerce,” kata dia dalam siaran pers, Kamis (27/5).
Pelaku usaha perempuan itu juga perlu didukung lewat pelatihan dan permodalan.
Laporan berjudul ‘Women and e-commerce in Southeast Asia’ itu menunjukkan bahwa pandemi covid-19 meningkatkan percepatan pertumbuhan e-commerce dan wirausaha digital di Asia Tenggara. Ini terbukti dari semakin banyak perempuan yang terjun ke bisnis digital.
Setengah dari semua vendor e-commerce aktif di Asia Tenggara merupakan perempuan. Di Lazada misalnya, sekitar sepertiga bisnis di Indonesia dan dua pertiga di Filipina dimiliki oleh wanita.
Namun mereka cenderung menjalankan bisnis berskala kecil, serta menonjol dalam segmen dengan persaingan tinggi dan bernilai rendah.
Berdasarkan riset tersebut, jumlah penjualan dari bisnis milik perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di Filipina. Persentasenya turun menjadi hanya 79% dibandingkan kepunyaan pria saat pandemi corona.
Riset itu menyebutkan, banyak yang bisa dilakukan untuk mendukung wirausaha perempuan dan membantu mereka mengatasi tantangan dalam e-commerce. Platform e-commerce dinilai memiliki posisi yang sangat baik untuk memberikan pelatihan kepada pelaku usaha perempuan.
Selain itu, dapat mendorong partisipasi perempuan dalam segmen yang bernilai lebih tinggi seperti elektronik. Salah satunya, dengan memberikan pinjaman.
IFC mencatat, akses pinjaman kepada pengusaha perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Laporan ini berdasarkan data dari Lazada dan survei vendor di Indonesia dan Filipina.
“Dengan peluang pertumbuhan yang sangat besar di kawasan ini, kami berkomitmen menyediakan akses pengetahuan dan perangkat yang mudah bagi wirausaha perempuan untuk terjun dan mendapatkan manfaat dari ekonomi digital,” ujar CEO Lazada Group dan Lazada Indonesia Chun Li.
Riset tersebut dilakukan oleh Digital2Equal, prakarsa yang dipimpin oleh IFC dan dijalankan bersama dengan Komisi Eropa. Mereka mengumpulkan 17 perusahaan teknologi yang beroperasi di berbagai marketplace global, untuk memperluas peluang bagi perempuan di pasar yang tengah berkembang.
Umbrella Fund for Gender Equality juga memberikan tambahan pendanaan.