Finmas juga merilis aplikasi di Google Play Store dan App Store pada Agustus 2018 lalu dan sudah diunduh lebih dari 500 ribu kali. "Utamanya, kami mengincar segmen yang sudah punya akun bank tapi sulit dapat pinjaman (underserve)," kata Peter.

Finmas juga membangun infrastruktur dan teknologi seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), big data, dan mesin pembelajar. Bahkan, Finmas menyiapkan satu tim untuk mengkaji pemanfaatan blockchain. "Kami investasi besar di infrastruktur supaya credit scoring-nya sangat baik," ujarnya.

Adapun pemilik Finmas adalah fintech microlending Oriente yang berbasis di Hong Kong, dengan kepemilikan saham 85%. Lalu, sisa sahamnya dimiliki oleh Grup Sinarmas. Pada akhir 2018, Oriente mendapat senilai US$ 105 juta atau Rp 1,53 triliun digunakan untuk mengembangkan infrastruktur Finmas.

(Baca: Marak Kasus Penipuan Pinjaman Online, OJK Minta Masyarakat Hati-hati)

Hadir pada saat peluncuran Finmas, Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi mengatakan, fintech lending yang ingin mendaftar ke instansinya harus menawarkan solusi atas persoalan pembiayaan di Tanah Air. "Kalau hanya kasih pinjaman, tanda terdaftar tidak akan keluar. Harus ada value chain financing," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati