Masalah Bahasa hingga Keamanan Hambat Adopsi Internet di Indonesia

Donang Wahyu|KATADATA
Seorang pria menunjukan koneksi internet menggunakan sarana Wifi yang hadir hingga di tengah jalan desa yang di kelilingi persawahan di desa Melung, kecamatan Kedung Banteng, Banyumas, Jawa Tengah.
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
18/1/2019, 14.43 WIB

Hambatan lainnya adalah kekhawatiran tentang sensor pemerintah yang disampaikan oleh 71% responden; kurangnya konten lokal yang bermanfaat 68%; ketakutan akan teknologi baru 57%.

Meski begitu, masyarakat di ketiga negara menyadari internet sangat dibutuhkan. Sebanyak 79% responden menganggap internet sebagai kebutuhan dasar dan 82% lainnya menyebut akses internet adalah hak mendasar. Lalu, 9 dari 10 responden percaya, peningkatan akses Internet akan mengangkat status sosial mereka dan berdampak secara ekonomi.

Selain itu, 78% responden percaya bahwa harus ada kesetaraan bagi seluruh warga negara untuk memperoleh akses konektivitas internet. Kemudian, 86% mengatakan bahwa peningkatan 
kesetaraan gender akan mendorong adopsi internet. Lalu, 91% mengatakan partisipasi digital juga akan meningkatkan kesetaraan gender di negaranya.

(Baca: Bisnis Telekomunikasi Diprediksi Minus, Operator Garap Layanan Digital)

Terlepas dari hambatan tersebut, tingkat penetrasi internet di Asia diperkirakan akan sebanding dengan negara-negara Barat. DI mana, setidaknya satu miliar orangakan tersambung secara online pada 2019. Internet ini paling banyak digunakan untuk mengakses media sosial; mengonsumsi berita; membeli barang dan jasa; hiburan; mencari kerja; dan, memesan makanan.

Adapun Booking Holdings adalah perusahaan penyedia jasa perjalanan online dan layanan terkait. Booking Holdinhs beroperasi di lebih dari 220 negara, melalui enam merek utama yakni Booking.com, KAYAK, agoda.com, Rentalcars.com, dan OpenTable.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati